Indonesia Targetkan 2020 Bebas Rabies

Dalam kaitan itu, contohnya terjadi di Provinsi Bali yang semula secara historis bebas rabies, sejak 2008 telah tertular rabies yang hingga saat ini belum dapat dibebaskan kembali.

Itu sebabnya dibutuhkan program pengendalian dan penanggulangan secara berkesinambungan dan intensif, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah karena sebaran penyakit itu cukup luas.

Sebuah penelitian melalui Program Kreativitas Mahasiswa yang dilakukan tiga mahasiwa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH-IPB) bertema “Pemberantasan Wabah Rabies Berbasis Budaya Masyarakat Bali dan Inovasi Medik Veteriner” (2011) menghasilkan simpulan yang menarik.

Di bawah bimbingan dosen pendamping Dr, drh, RP, AgusLelana, SP., MP., M.Si, tim peneliti, yakni tiga mahasiswa (kala itu) Alimansyah Putra, Sri Wahyuni Salam, dan Haddi Wisnu Yudha, mereka mengkombinasikan pendekatan budaya dan inovasi iptek.

Disebutkan dalam simpulan itu, bahwa penanggulangan rabies di Bali dapat dilakukan dengan pemanfaatan Masyarakat Adat Bali serta dengan penerapan inovasi baru dalam medis veteriner, yaitu pada proses vaksinasi diharapkan dapat menyelesaikan masalah penyebaran penyakit rabies ini sehingga Bali dapat terbebas kembali dari rabies.

Pencegahan-pengendalian FAO bekerja sama dengan Kementan telah melakukan program pencegahan dan pengendalian Rabies di Indonesia sejak tahun 2011.

Program tersebut, menurut Senior National Veterinary Adviser Emergency Centre for Transboundary Diseases (ECTAD) Elly Sawitri, difokuskan pada tiga pulau yaitu Bali, Flores serta Lembata di Nusa Tenggara Timur (NTT). “Kerja sama kami telah menghasilkan prestasi yang cukup baik,” katanya.

Lihat juga...