Deny menambahkan, tingginya pertumbuhan angka penjualan melalui perdagangan elektronik harus dipahami sebagai kesempatan besar bagi UMKM Indonesia untuk memanfaatkan sistem penjualan secara digital.
“Untuk itu, UMKM harus secepatnya meningkatkan daya saing, memahami skema perdagangan elektronik, dan memanfaatkannya dengan lebih baik,” ujar Deny.
APEC juga memonitor keberhasilan kebijakan anggota dalam meningkatkan konektivitas di Asia Pasifik guna mempercepat dan mempermudah proses perdagangan dan investasi. Beberapa hambatan telah diidentifikasi dan disiapkan langkah penanganannya, yaitu terkait logistik, infrastruktur, regulasi, jasa, kepabeanan, dan e-commerce.
Di bidang jasa, APEC mendorong penerapan APEC Services Competitiveness Roadmap (ASCR) karena sektor jasa merupakan elemen penting bagi efisiensi sektor-sektor yang langsung menopang kegiatan perdagangan barang, investasi, dan daya saing ekonomi.
Dalam pertemuan tersebut, Indonesia juga terus menekankan pentingnya pembangunan wilayah perdesaan dan pengentasan kemiskinan dalam proses mencapai komitmen APEC, yaitu terbukanya perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik atau Bogor Goals.
Deny mengatakan, Komitmen Bogor Goals tidak hanya semata-mata mewujudkan keterbukaan perdagangan dan investasi, namun juga memperkuat kerja sama pembangunan, mengurangi kesenjangan ekonomi, serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
“Sekitar 2,1 miliar orang di kawasan Asia Pasifik hidup di bawah garis kemiskinan, jadi perlu dipikirkan bagaimana APEC dapat berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan,” kata Deny.[Ant]