Imbas Kemarau, Petani Karet Lampung Istirahat Sadap Getah

Pada masa trek daun karet yang berimbas pada penurunan produksi getah, ia menyebut harga getah karet sudah naik mencapai Rp8.000 hingga Rp8.300 per kilogram. Namun dirinya belum berniat melakukan penyadapan karet untuk mencegah kematian dan kerusakan pohon karet miliknya. Hendro bahkan sepakat bersama petani lain menunggu hingga tanaman karet yang dibudidayakannya kembali bersemi.

“Masa sulit getah jika dipaksa tetap disadap hasilnya kurang maksimal bisa turun sekitar 60 persen lebih dibandingkan saat kondisi normal nanti setelah kemarau berakhir,” ungkap Hendro.

Petani karet lainnya, Sumikini dari Desa Baktirasa Kecamatan Sragi mengungkapkan harga jual getah karet yang rendah selain dipengaruhi musim kemarau juga  akibat pemilik lahan karet masih menjual getah karet dalam kondisi basah.

Padahal menurut Sumikin jika mau bersabar petani bisa menjual getah karet dalam kondisi kering setelah dicampur dengan zat asam untuk pembekuan, serta dijual saat karet sudah terkumpul cukup banyak.

Sumikin bahkan menyebut petani yang menjual getah karet dalam kondisi basah lebih banyak ditentukan oleh faktor kebutuhan ekonomi diantaranya kebutuhan sekolah anak dan banyaknya orang hajatan menikah dan khitanan pasca Lebaran Haji.

“Tradisi di tempat kami banyak warga yang melangsungkan pesta hajatan pernikahan serta khitanan dan kami wajib menyumbang jika sudah ada hantaran nasi jadi kebutuhan meningkat,” papar Sumikin.

Setelah masa trek pohon karet dan produksi getah karet kembali normal ia berharap para pengepul getah karet atau toke bisa membeli getah karet milik petani dengan harga yang menguntungkan petani karet dikisaran Rp11 ribu bahkan lebih.

Lihat juga...