PANGKALAN BUN – “Usaha integrasi sawit-sapi skala menengah dan kecil mulai berkembang di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah,” kata Kabid SDM dan Pasca Panen Dinas Peternakan setempat, M Rubiansyah, Sabtu.
Sejumlah kelompok mampu mengembangkan usaha integrasi itu dengan inovasi yang luar biasa dan bisa menjadi model integrasi untuk kelompok lain.
Dua kelompok yang pantas dicontoh, katanya, yaitu Kelompok Peternak Subur Makmur di Desa Pangkalan Tiga, Kecamatan Pangkalan Lada, dan Kelompok P4S Karya Baru Mandiri (KBM) di Desa Kubu, Kecamatan Kumai.
“Kedua kelompok tadi bahkan sudah menggunakan teknologi probiotik untuk meningkatkan kualitas kompos hasil olahan mereka,” katanya.
Ia mengungkapkan, Kelompok Subur Makmur yang diketuai Sutiyana, mampu memanfaatkan bungkil sawit, solit dan abu boliler pabrik sawit untuk pakan ternak.
“Mereka menggunakan probiotik untuk meningkatkan mutu pakan dan terbukti pertambahan bobot badan sapi bagus,” katanya.
Jumlah kompos yang dihasilkan kelompok itu mencapai 80 ton per bulan dengan marjin keuntungan sampai 40 persen dari biaya produksi. “Harga komposnya Rp1.200 per kilogram yang dijual kepada koperasi mereka sendiri untuk kebun sawit,” katanya.
Demikian juga Kelompok P4S KBM di Desa Kubu yang dipimpin Syahrian, mampu mengembangkan pupuk cair organik dari urine sapi dan hasil kompos mereka yang telah mengubah lahan berpasir di desa itu menjadi lahan produktif dan mampu menjadi kebun sayuran.
“Berbagai sayuran sudah dicoba menggunakan kompos dan pupuk cairnya, sangat memuaskan,” katanya.
Kedua kelompok itu sudah mampu mengembangkan hijauan ternak unggul yaitu Subur Makmur berhasil menanam rumput taiwan di perbatasan antara kebun Astra Agro Lestari dan kebun plasma petani. Kebun dengan lebar 8 meter itu memanjang sekitar tiga kilometer.