Pengusaha Tas Ketapang Rela Tinggalkan Omzet Besar di Jakarta
Ia menyebut rata rata warga desa yang bekerja membuat tas merupakan ibu rumah tangga dan juga lulusan anak sekolah yang kesulitan mencari lapangan pekerjaan.
Lapangan pekerjaan di wilayah pesisir Ketapang yang dekat dengan pantai bahkan diakui Sony hanya ada pada musim tertentu di antaranya mengupas kerang dan memanen rumput laut sehingga usaha pembuatan tas menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan bagi warga.
Sony bahkan mengaku tak semata mata mencari keuntungan dari bisnis berjualan tas yang dalam sekali pengiriman ke pasar di Bandarlampung beromzet sekitar Rp30 juta belum termasuk tas yang diambil langsung oleh pedagang pasar berupa tas sekolah, tas fashion, tas map dan jenis tas lain.
“Saya ingin membuat kaum wanita di tempat ini bisa menjahit,bisa membuat tas dan jika mereka memiliki keahlian itu bisa bekerja di rumah dengan modal saya beri lalu saya ajak kerjasama memasok tas karena lapangan pekerjaan di sini sulit”terang Sony.
Hal senada diungkapkan Vista sang isteri yang mengaku dengan peralatan mesin jahit mencapai belasan unit,bahan baku serta lokasi usaha dirinya sudah menghabiskan biaya ratusan juta sehingga wajar jika keuntungan menjadi tujuan.
Namun bagi suami isteri yang memiliki tiga anak tersebut memberdayakan kaum wanita di desa tersebut menjadi tujuan termasuk sebagian siswa sekolah yang lulus dan tak memiliki biaya untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.
“Saya prihatin dengan sulitnya lapangan pekerjaan di sini dan sebagai wanita kelahiran sini saya bersama suami sepakat ingin memberdayakan usaha masyarakat dengan memberi bekal ilmu yang menghasilkan,” ungkap Vista.