Biaya Produksi Padi Indonesia Lebih Tinggi dari Vietnam

Disampaikan Enny, perhitungan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras sering tidak sesuai dengan nilai keekonomian usaha tani.

Pasalnya, asumsi subsidi input yang diberikan pemerintah kepada petani tidak realistis. Jadi sekalipun harga gabah di atas HPP, namun petani tidak kunjung sejahtera seiring dengan meningkatnya biaya produksi di sektor pertanian.

Hal ini menurutnya, terlihat dari nilai tukar petani (NTP) pangan sejak awal 2015 cenderung menurun. Bahkan, porsi penghasilan petani rata-rata hanya sekitar 53 persen. Ini dikarenakan sebagian besar petani tidak langsung menerima HPP.

“HPP lebih banyak dinikmati para tengkulak atau pengepul beras yang memiliki akses jual gabah atau beras ke gudang Bulog,” tukas Enny.

Menurutnya, dari persoalan beras yang terjadi belakangan ini artinya masih ada persoalan efektivitas dari subsidi input yang dinikmati petani.

Salah satunya, hasil studi bank dunia yang menyebut bahwa subsidi pupuk yang efektif dinikmati petani hanya sekitar 40 persen. Demikian juga subsidi benih sering tidak tepat waktu, kualitas dan varietas yang dibutuhkan sesuai kondisi lahan petani di setiap daerah.

Lihat juga...