SELASA, 28 MARET 2017
YOGYAKARTA — Bahasa Arab Huruf Pegon telah memberi kontribusi besar bagi kemerdekaan NKRI. Pada saat itu, bahasa tersebut menjadi bahasa perjuangan dan pemersatu. Peran itulah yang hendak dibangkitkan lagi, dalam konteks berbeda, yaitu sebagai salah satu penguat kebhinekaan.
![]() |
Prof. Yudian Wahyudi |
Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Prof. Yudian Wahyudi menjelaskan, upaya membangkitkan dan melestarikan Bahasa Arab Huruf Pegon menjadi sangat penting, di tengah banyaknya Islam baru yang tidak mengerti dan tidak mau menghargai jasa Islam terdahulu, yang pada umumnya berada di bawah perlindungan dan asuhan kraton.
Menurut Yudian, Islam di Jawa-Nusantara itu adalah perpaduan budaya dan Islam. Karenanya, Islam di Nusantara ini, selain ibadah dan akidah, banyak hal yang tidak sama dengan Islam di Timur Tengah.
“Selama ini kita hampir lengah untuk tidak melestarikan Bahasa Arab Huruf Pegon, itu dan jika dibiarkan warisan budaya yang sangat berharga itu bisa hilang,” ujar Yudian, saat ditemui usai Seminar dan Kajian Literasi Arab Pegon di Masjid Plosokuning, Sleman, Senin (27/3/2017).
Upaya pelestarian dan pengembangan Bahasa Arab Huruf Pegon juga merupakan salah satu program yang mendukung Keistimewaan DIY di bidang kebudayaan. Melalui seminar itu, Bahasa Arab Huruf Pegon yang telah memberi kontribusi sangat besar bagi NKRI diperkenalkan lagi. Akan dikembalian perannya sebagai bahasa perjuangan dan pemersatu, namun dalam konteksnya berbeda.
“Dan, ini tidak berarti Islamisasi. Melainkan, kita ingin menjadikan Pegon itu sebagai salah satu penguat kebhinekaan di Indonesia. Akan dibuat program yang menggunakan Bahasa Arab Huruf Pegon, tapi pesannya tentang Keistimewaan DIY dan kemajemukan nasional. Dengan demikian, kita bisa menangkal ancaman-ancaman yang sifatnya destruktif, baik moral seperti narkoba dan sebagainya, maupun ektrimisme seperti transnasional dan terorisme,” jelas Yudian.