Gus Taqi: Pendidikan Pancasila Era Pak Harto Perlu Dibangkitkan Lagi

MINGGU, 19 FEBRUARI 2017

YOGYAKARTA — Pengasuh Pondok Pesantren Qashrul Arifin, Kyai Ruhullah Taqi Murwat mengatakan, maraknya isu sara yang berpotensi memecah-belah bangsa akhir-akir ini tidak lepas dari sistem pendidikan yang banyak menghilangkan aspek penting pendidikan budi pekerti dan kebangsaan. Keterbukaan informasi juga membuat generasi muda tercerabut dari akar budaya ketimurannya, sehingga mudah termakan isu dan hasutan.

Titiek Soeharto bersama Kyai Ruhullah Taqi Murwat

Ditemui usai gelar Rapat Dengar Pendapat Masyarakat (RDPM) tentang Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika bersama Anggota DPR/MPR RI, Siti Hediati Soeharto, Sabtu (18/2/2017), Kyai Ruhullah Taqi Murwat yang akrab disapa Gus Taqi mengatakan, situasi yang terjadi di masyarakat saat ini tidak lepas dari sistem pendidikan sekarang ini yang banyak menghilangkan aspek pendidikan karakter dan lebih menonjolkan kecerdasan otak.

Merebak dan meluasnya potensi konflik yang berpotensi memecah-belah bangsa, tidak lepas pula dari peran media yang menyebarkannya. Seperti diketahui, di tengah era keterbukaan informasi melalui dunia maya, beragam informasi apa pun dengan mudah disebar-luaskan, meski belum pasti kebenarannya. Bahkan, acapkali informasi tersebut sengaja mengumbar keburukan orang lain, yang tujuannya memang untuk menjatuhkan seseorang atau memperkeruh suasana dan memecah-belah bangsa.

Dalam tradisi pesantren, kata Gus Taqi, para santri sejak dini telah diajarkan untuk menyembunyikan aib atau keburukan pemimpinnya. Ini karena seorang pemimpin adalah simbol yang harus dijaga nama baiknya. Bukan untuk menyembunyikan kesalahan atau aibnya, melainkan untuk melindungi kepentingan yang lebih besar, yaitu mencegah terjadinya konflik terbuka yang berpotensi memecah-belah umat.

Lihat juga...