Kerusakan Lingkungan Sebabkan Volume dan Kualitas Air di NTB Menurun

KAMIS, 23 MARET 2017

LOMBOK — Kerusakan lingkungan akibat aksi perambahan dan pembalakan liar kawasan hutan, termasuk peningkatan populasi penduduk telah mengakibatkan volume dan kualitas air di Nusa Tenggara Barat (NTB), terutama di kawasan hutan Pulau Lombok mengalami penurunan.

Ari Garmono saat melakukan hunting di salah satu air terjun Lombok

“Pertumbuhan penduduk, perilaku manusia dalam pengelolaan air, problem kerusakan lingkungan, industrialisasi, global warming menjadi penyebab dominan volume dan kualitas ketersediaan air baku menurun,” kata Penemu dan Penulis katalog ratusan air terjun  Lombok, Ari Garmono di Mataram, Rabu (22/3/2017).

Selain itu, pola penggunaan air yang dilakukan secara serampangan dan tidak bijak seperti menyuci, pembuangan air secara sia-sia juga ikut berkontribusi menyebabkan volume air baku di NTB menjadi menurun.

Meski demikian, dari sekian faktor tersebut, industrialisasi dinilai paling masif menyebabkan terjadinya penurunan volume dan kualitas ketersediaan air baku.

Ari mencontohkan, Kota Bandung sebagai salah satu industri tekstil terbesar di Indonesia termasuk sejumlah daerah lain di Indonesia, penyedotan air dilakukan secara ‘gila-gilaan’, sehingga menyebabkan permukaan air tanah menjadi dangkal.

“Syukurnya di NTB terutama Pulau Lombok hal tersebut tidak terjadi dan kita tidak perlu menghawatirkan hal tersebut, karena kalau dibandingkan daerah lain, luasan hutan NTB relatif masih luas, tidak seperti di Jawa yang sudah sangat sempit,” terang Ari.

Dikatakan, Lombok sendiri, dari luas daratan seluas 5. 435 meter persegi, 60 persen diantaranya merupakan kawan hutan, mulai dari hutan HKM, hutan lindung hingga hutan konservasi, sehingga wilayah serapan airnya luas sekali, tapi dalam kenyataannya volume air baku termasuk kualitas air tetap saja mengalami penurunan.

Lihat juga...