Nanang menyebut, bangsa Indonesia memiliki beragam seni dan budaya yang berkembang sesuai latar-belakang dan adat-istiadatnya masing-masing. “Namun, kita sama-sama sadar banyak generasi muda sudah tak mengenal lagi adanya kesenian dan budaya sendiri, dan lebih mengenal budaya Barat. Bahkan, malah ada budaya yang justru diklaim negara lain seperti Reog Ponorogo,” ungkap Nanang.
Nanang juga menekankan, pentingnya unsur pelestarian budaya sekaligus menjadi hiburan dan menjadi ajang semua lapisan masyarakat bersilaturahmi, tanpa membedakan asal-usul, suku dan agama. Penyelenggaraan Festival Ogoh-ogoh yang baru pertama kali dilakukan, juga menjadi magnet bagi pedagang untuk menambah nilai ekonomi, dan saling mempertemukan generasi muda yang bangga di Lampung Selatan memiliki kekayaan kesenian Ogoh-ogoh yang merupakan ciri khas dalam ritual keagaaman Hindu.
![]() |
Wawan Aditya |
Nanang menyambut positif penyelenggaraan Festival Ogoh-ogoh tersebut, dan menekankan pula pentingnya menjaga kerukunan dan kebersamaan dengan saling menghormati antar suku, agama dan golongan. “Pemerintah Daerah Lampung Selatan mendukung kebudayaan warga Bali, khususnya umat Hindu, yang memberi dampak positif bagi masyarakat serta Pemerintah,” ujar Nanang.
Sementara itu, warga Desa Bali Agung Kecamatan Palas, Wawan Aditya mengatakan, sebagai generasi muda ia sangat merespon positif Festival Ogoh-ogoh ini. Selain bersifat kesenian, juga bisa menampilkan budaya Bali yang dipadukan dengan budaya Lampung, sehingga menjadi sebuah pesan yang sangat penting untuk toleransi, dan saling menghargai perbedaan.
Jurnalis: Henk Widi/ Editor: Koko Triarko/ Foto: Henk Widi