SELASA, 7 FEBRUARI 2017
LAMPUNG — Harga komoditas kakao atau kopi cokelat yang terus anjlok membuat pedagang pengepul kakao melakukan aktivitas menyimpan kakao kering yang telah disortir sebelum dijual ke gudang penampungan kakao skala besar. Salah satu pengepul komoditas kakao besar di Kecamatan Penengahan tepatnya di Desa Banjarmasin, Joni Effendi (31), mulai menekuni bisnis jual-beli komoditas kakao selama lima tahun terakhir. Ia mewarisi usaha tersebut dari ayahnya. Ia mengaku mantap menekuni bisnis jual-beli kakao karena komoditas tersebut memiliki pangsa pasar dalam negeri dan luar negeri. Terutama untuk bahan baku berbagai jenis makanan serta minuman yang mengandung cokelat. Selain itu, di wilayah Kecamatan Penengahan yang berada di bawah kaki Gunung Rajabasa memiliki potensi perkebunan kakao yang sangat luas. Baik ditanam skala besar mencapai ribuan batang maupun ditanam oleh warga yang hanya memiliki ratusan batang.
![]() |
Joni Effendi sedang menimbang kakao yang dibeli dari petani pemilik kebun cokelat. |
Joni mengaku, dalam kurun waktu sepanjang tahun 2016 harga kakao terus mengalami pergerakan. Turun-naik dari kisaran Rp 20.000 hingga Rp 40.000 per kilogram. Harga yang turun-naik tersebut, ungkap Joni, terpengaruh musim puncak tanam kakao pada bulan tertentu di antaranya Mei hingga Agustus. Sementara dari Agustus hingga awal tahun ini, diakuinya, masa panen kakao terbilang sedikit. Sementara itu, harga kakao diakuinya justru naik saat musim panen raya dan turun saat jumlah hasil panen juga menurun sehingga petani banyak yang menyimpan kakao kering. Menunggu harga membaik dengan sistem penyimpanan kedap udara.