“Tidak semua di zaman Orde Baru itu jelek. Maka, yang baik-baik di zaman Orde Baru tidak ada salahnya diteruskan. Misalnya, Pendidikan Pancasila, Sejarah dan Kewarga-negaraan, harus dibangktikan lagi,” ujar Gus Taqi.
Selain itu, sambung Gus Taqi, untuk mengatasi situasi bangsa saat ini, masyarakat juga harus kembali memahami kebudayaannya sendiri, memahami aklak ketimurannya sebagai manusia yang berbudaya dan beragama. Bahwa, perbedaan itu sudah sejak dahulu ada dan bukan persoalan. Dan, agama itu mengajarkan orang untuk melihat orang lain dari sisi kebaikannya, dan melihat dirinya sendiri dari keburukannya.
Aib itu, tegas Gus Taqi, tabu dipertontonkan. Mengumbar kejelekan orang lain itu tidak etis. Dan, sebuah konflik itu terjadi karena ada dua kekuatan sama besar. Maka, harus ada penekanan pentingnya perdamaian. Pertengkaran tidak cukup hanya dipisahkan atau didamaikan. Melainkan, kepada orang-orang yang terlibat pertengkaran itu perlu dijelaskan arti dan pentingnya perdamaian.
“Kembalilah kepada kearifan lokal. Budayakan lagi adat ketimuran yang serba harmonis. Biarkan konflik itu diselesaikan di belakang, jangan dipertontonkan. Dikuatkan lagi pendidikan moral, budi pekerti dan wawasan kebangsaan sejak dini,” pungkasnya.
Jurnalis : Koko Triarko / Redaktur : ME. Bijo Dirajo / Foto : Koko Triarko