“Dengan segala kekurangan kami, tolong jangan paksa kami masuk ke dunia normal. Justru masyarakat diminta pengertiannya agar bisa masuk ke dunia kami,” terang Ari dengan terbata-bata.
Karena itu dia berharap perhatian dari pemerintah untuk lebih serius memperlakukan penyandang disabilitas tuna rungu agar jangan sampai semakin terasing. Karena hari ini dia mengakui lingkungan sekitar belum bisa menerima penyandang disabilitas seperti mereka dengan sepenuh hati, ia memberi contoh saat ini banyak tayangan di televisi yang jarang sekali menggunakan tambahan bahasa isyarat.
“Keinginan kami supaya pemerintah bisa membuatkan Peraturan Daerah khusus bagi teman-teman disabilitas tuna rungu,” pinta karyawan salah satu perusahaan swasta tersebut.
![]() |
Mentor Gerkatin sedang mengajarkan bahasa Isyarat kepada masyarakat |
Sebanyak 80 orang disabilitas tuna rungu tergabung dalam Gerkatin region Semarang. Mereka aktif mensosialisasikan bahasa isyarat dalam setiap kegiatan kemasyarakatan sebagai cara komunikasi non verbal. Gerkatin juga mempunyai rumah singgah untuk mengajarkan bahasa isyarat dan baca tulis kepada disbilitas tuna rungu lainnya. Setiap Tahun mereka juga rutin memperingati hari tuna rungu sedunia yang jatuh pada tanggal 29 September dengan melakukan Long March dan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama.
“Keterbatasan kami tidak sedikitpun mengurangi kecintaan kami pada Indonesia,” pungkas Ari.
Jurnalis : Khusnul Imanuddin / Redaktur : ME. Bijo Dirajo / Foto : Khusnul Imanuddin