Disabilitas Tuna Rungu: Jangan Paksa Kami Masuk Dunia Kalian

MINGGU, 19 FEBRUARI 2017

SEMARANG — Nada Bicaranya terpatah-patah, dengan peluh yang bercucuran mereka mencoba menerangkan bahasa isyarat kepada masyarakat, sesekali mengernyitkan dahi karena berusaha memahami makna komunikasi dari lawan bicaranya. Tujuannya hanya satu, agar masyarakat bisa memahami dunia para penderita disabilitas tuna rungu.

Penyandang disabilitas tuna rungu sedang belajar bahasa isyarat di rumah singgah

Itulah Gambaran dari Ketua Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) region Semarang, Ari Maretdiyanto ketika ditemui CDN saat melakukan sosialisasi bahasa isyarat kepada masyarakat di acara Car Free Day di Jalan Pahlawan, Minggu (19/02/2017).

Hanya dengan beralaskan tikar disertai sejumlah buku panduan bahasa isyarat, Ari mondar-mandir menghampiri masyarakat yang tengah melintas. Sambil tersenyum ia mencoba meminta masyarakat bisa meluangkan waktunya untuk mampir ke tempat mereka. Karena kemampuan verbalnya yang terbatas seringkali ia lebih banyak menggunakan gestur tubuh untuk menerangkan maksudnya.

Ketika ada masyarakat yang mampir ke tempat mereka, tiga orang mentor disabilitas tuna rungu dengan sabar akan mengajarkan tentang pengetahuan bahasa isyarat, masyarakat juga akan dipersilahkan melihat buku panduan tentang cara berkomunikasi dengan tuna rungu.

Ketua Gerkatin Semarang Ari Maretdiyanto saat acara sosialisasi baghasa isyarat

Menurut Ari, para penyandang tuna rungu harus bekerja dua kali lipat untuk berkomunikasi daripada orang normal. Pertama harus berpikir apa yang akan disampaikan, kedua karena keterbatasan cara berkomunikasi mereka akan kembali berpikir cara menyampaikan tujuannya. Karena itu dia meminta agar masyarakat jangan meminta mereka untuk berpikir, berbicara dan bertingkah laku layaknya orang normal.

Lihat juga...