Sukino Jadikan Wayang Kulit Sebagai Jalan Hidup

“Sejak adanya krisis ekonomi itu, pendapatan pengrajin wayang kulit menurun drastis hingga lima kali lipat. Hal itu terjadi sampai saat ini. Maka tak heran banyak pengrajin wayang kulit, termasuk teman dan tetangga saya disini memilih beralih profesi. Ada yang jadi supir bis, ada yang jadi tukang batu,” ujarnya.

Tak seperti pengrajin wayang kulit lainnya, Sukino memilih tetap bertahan dan setia menggeluti bidang yang sangat ia cintai itu. Selain karena tak memiliki keahlian lain, kecuali membuat wayang kulit, Sukino memgaku ingin tetap melestarikan kebudayaan tradisional asli daerahnya itu.

“Kalau ditekuni dengan sungguh-sungguh, ternyata juga bisa menghasilkan. Buktinya meski wayang kulit tidak seramai dulu lagi, namun saya sebagai pengrajin juga tetap mendapat pesanan. Dapat menghidupi keluarga dari wayang kulit,” ujarnya.

Selain membuat tokoh-tokoh lakon pewayangan seperti pandawa lima untuk hiasan rumah dan koleksi, Sukino juga berinisiatif menjual berbagai perlengkapan lain dari kulit, seperti aksesoris atau hiasan untuk pertunjukan wayang orang. Ia bahkan juga memuat kipas, hiasan lampu hingga pembatas buku dari kulit yang diukir.

“Saya sekarang menjual wayang kulit ini dengan cara online. Pesanan kebanyakan juga berasal dari Jakarta, dan sekitarnya. Ada yang sekedar untuk koleksi hingga untuk hiasan dinding rumah,” jelasnya.

Sukino sedang mengukir kulit kerbau untuk dijadikan wayang

Jika sedang ramai, dalam sebulan Sukino mengaku bisa mendapat pesanan 10 hingga 15 buah wayang kulit. Namun tak jarang saat sepi ia sama sekali tak mendapat pesanan satu buah pun. Meski begitu, Sukino mengaku tetap membuat wayang kulit setiap hari. Hal itu dikarenakan pembuatan wayang kulit yang cukup lama. Ia bahkan memiliki 5 orang pengrajian yang setiap hari membatu membuat wayang kulit untuknya.

Lihat juga...