Pekerjaan di bengkel dilakoninya dengan senang hati untuk menggapai impiannya menjadi seorang mekanik kendaraan roda empat. Meski sudah bisa menghasilkan uang, namun dunia pendidikan tetap dijalaninya. Berbekal sepeda kecil usang yang kerap rusak, ia harus menempuh jarak hampir dua kilometer untuk sampai di sekolah.
Kawan kawan di kelasnya pun kerap membullinya, bahkan kerap mengejek supaya menambal ban milik kawan kawannya yang membawa sepeda, namun tidak menyurutkannya untuk terus bersekolah dan membantu paman di bengkel.
Putra yang menggunakan waktu saat liburan dengan menambal ban mengaku tidak mengeluh bahkan ia cukup senang bisa membantu sang paman dan bisa menabung untuk keperluan sekolahnya. Ia berharap saat lulus SMP dirinya berharap bisa sekolah di tempat yang dekat sehingga masih bisa bekerja sebagai tukang tambal ban dan bengkel.
Sementara saat belum ada order menambal ban ia pergi ke salah satu rumah makan tak jauh dari bengkel untuk memberi makan sekitar 30 ekor ayam yang dipeliharanya.
“Kalau tidak ada kawan mengajak main saya ke warung makan untuk minta sisa sisa nasi untuk makan ayam saat sore hari di kandang”terang Putra.
![]() |
Putra Benediktus Marbun saat menambal ban |
Putra yang sudah tiga tahun di Kalianda dan pergi meninggalkan Sumatera Utara memiliki kerinduan untuk pulang ke kampung halamannya, namun saat ini belum memiliki ongkos pulang. Namun selama ini, anak bungsu dari tiga bersaudara satu pasangan Ronald Marbun dan ibu Roriarta Veronika untuk mengobati rindu dengan kakek atau opung yang sudah merawatnya kerinduan dengan menggunakan telepon seluler.
Jurnalis : Henk Widi / Editor : ME. Bijo Dirajo / Foto : Henk Widi