![]() |
Wakil Ketua Komisi IV, Herman Khaeron, mewakili seluruh rombongan Komisi IV dalam jumpa pers di Desa Sukamulya. |
“Selisih dari Rp 100 juta dikurangi Rp 25 juta kan Rp 75 juta, nah itu di kemanakan pula? Memang ini urusan mereka. Tapi dengan memotong uang warga sekaligus menggiring mereka ke lahan tinggal tersebut sama saja membuat warga tidak bisa melakukan pekerjaan untuk bertani. Itulah penyebabnya warga tidak mau menempati rumah-rumah itu sehingga sampai sekarang lahan dengan rumah kayu di atasnya itu kosong. Hingga kini layaknya rumah hantu,” terang Boy Supanget, mewakili rekan-rekan petani Desa Sukamulya kepada Cendana News.
Anggota Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Soeharto (Titiek Soeharto), Herman Khaeron, dan Oo Sutisna sempat meninjau keberadaan “rumah hantu” dari seberang area sawah yang siap dialihfungsikan. Titiek Soeharto memperhatikan penjelasan yang sebenarnya terkait proyek pengadaan perumahan tersebut. Bahkan anggota Komisi IV DPR RI, Oo Sutisna yang berasal dari Dapil Majalengka sempat geram dan melampiaskan kegeramannya kepada Dandim Sukajati-Sukamulya yang mendampingi rombongan.
![]() |
Tinjauan Komisi IV ke area “rumah hantu” atau yang disebut sebagai bangunan liar |
“Karena proyek hantu ini lalu masyarakat dibubarkan pakai gas air mata?” cetus Oo kepada Dandim Gede Rai.
Selepas acara dengar pendapat dengan penduduk Desa Sukamulya, mewakili Komisi IV DPR RI, Wakil Ketua Komisi IV Herman Khaeron mengadakan jumpa pers dengan awak media. Ia menyimpulkan, memang banyak permasalahan yang memerlukan klarifikasi dari pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kabupaten. Mulai dari kronologi bentrokan antara warga dengan aparat, dugaan warga yang merasa diintimidasi aparat, bahkan sampai bagaimana cerita yang sebenarnya dari “rumah-rumah hantu” tersebut.