LAMPUNG — Peluang pengembangan tanaman hortikultura di wilayah Kabupaten Lampung Selatan semakin terbuka lebar dengan pengembangan tanaman yang cocok dibudidayakan dengan iklim daerah setempat. Selain tanaman pangan, tanaman perkebunan, salah satu tanaman yang dibudidayakan warga di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan adalah budidaya tanaman bawang merah. Lokasi lahan yang berdekatan dengan sumber air saat musim kemarau dengan adanya fasilitas irigasi memungkinkan petani masih bisa menggarap lahan. Selain itu keinginan masyarakat untuk menanam beberapa jenis tanaman (tumpangsari) di lahan pertanian membuat masyarakat petani mulai melakukan penanaman tanaman bawang merah selain menanam tanaman pokok berupa padi sawah.
Perkembangan luas tanam jenis bawang merah menurut Camat Kecamatan Ketapang,Darsito cukup membanggakan karena pada tahap awal pengembangan tanaman tersebut pada awal tahun 2012 luas lahan tanaman tersebut mencapai 20 hektarl. Seiring dengan kemauan dan kerja keras petani di wilayah tersebut luas lahan tanaman bawang merah yang dibudidayakan petani hingga saat ini sudah mencapai 33 hektar. Sebagai wilayah yang berada di dekat pesisir pantai dengan iklim yang cukup panas dengan ketersediaan pasokan air membuat petani wilayah tersebut masih memanfaatkan lahan untuk budidaya tanaman bawang merah.
Berdasarkan data, luas tanaman bawang merah di wilayah tersebut tersebar di beberapa desa diantaranya Desa Berundung, Desa Pematangpasir, Desa Sidomukti, Desa Sumur, Desa Ruguk, Desa Legundi, Desa Sidoasih, Desa Tridharmayoga. Beberapa petani yang terpilih sebelumnya bahkan secara swadaya melakukan studi banding ke daerah Brebes Jawa Tengah untuk melihat secara langsung dari dekat sistem pertanian dan tata kelola budidaya tanaman bawang merah yang menjadi sumber penghasilan dan bahkan dikenal menjadi sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia.
“Keinginan petani untuk mengembangkan usaha pertanian dengan menanam tanaman yang masih belum banyak dibudidayakan di sini sangat besar dan ini harus didukung oleh berbagai pihak diantaranya pemerintah daerah, penyuluh dan kelompok tani,”ungkap Camat Kecamatan Ketapang, Darsito, Rabu (12/10/2016).
Kondisi lahan pertanian di wilayah Ketapang menurut Darsito sangat cocok untuk pengembangan budidaya bawang merah bahkan memiliki kesamaan dengan daerah Brebes Jawa Tengah. Selain itu masa panen yang cukup singkat dengan kisaran waktu sekitar 50-60 hari merupakan investasi bagus bagi petani disela sela menanam tanaman pokok lainnya diantaranya padi yang bisa dipanen dalam waktu sekitar 4 bulan. Investasi dengan cara menanam tanaman sela tersebut merupakan sebuah prospek untuk menambah penghasilan bagi petani seiring dengan kebutuhan hidup yang semakin tinggi.
Ia mengungkapkan hasil panen petani bawang di wilayah tersebut cukup bagus dilihat dari perbandingan hasil antara produksi saat panen dan penyiapan bibit. Perbandingan sekitar 1 banding 8 atau dengan asumsi sebanyak 1 kilogram bibit bawang merah bisa menghasilkan 8 kilogram bawang merah hasil panen. Meski demikian ia berharap dengan pengelolaan yang baik petani di wilayah tersebut bisa memperoleh hasil panen dengan perbandingan 1 kilogram bibit bisa menghasilkan 10 kilogram bawang merah panen.
Ia juga menekankan pentingnya peran penyuluh pertanian diantaranya petugas balai penyuluh pertanian,perikanan dan kehutanan dalam mendampingi para petani bawang merah. Pendampingan dilakukan mulai dari penyiapan bibit,pengolahan lahan, penanganan tanaman dengan perawatan dan pemupukan serta penanganan paska panen.
Sementara itu salah satu petani bawang merah di Desa Berundung, Sahid (34) mengaku saat ini untuk proses penyiapan bibit dirinya mendatangkan bibit bawang merah dari Brebes dengan sistem kelompok. Bibit yang didatangkan dari brebes tersebut selanjutnya diberikan kepada masing masing anggota kelompok sesuai kebutuhan lahan dan selanjutnya dibudidayakan oleh petani penanam bawang. Hasil dari panen bawang tersebut saat ini diungkapkan oleh Sahid masih diperuntukkan untuk kebutuhan lokal dan sebagian untuk dijual ke luar wilayah.
“Selama ini alasan mahalnya harga bawang merah di pasar tradisional Lampung akibat keterlambatan pasokan barang dari Brebes namun saat ini dengan adanya pasokan dari petani lokal kebutuhan bawang merah bisa dipenuhi,”ungkapnya.
Sahid mengaku saat awal tahun 2012 dirinya hanya melakukan penanaman bawang merah sebanyak 0,5 hektar namun selanjutnya ia menyewa lahan milik petani lain. Sistem sewa lahan dilakukan untuk memperluas tanaman bawang merah miliknya dengan harapan meningkatkan hasil pertanian bawang merah. Ia berharap petani lain bisa meningkatkan penghasilan dengan melakukan budidaya bawang merah. Selain ditanam secara intensif dengan tanpa tanaman sela, beberapa petani sengaja membudidayakan tanaman bawang merah dengan sistem tumpangsari diantaranya dengan tanaman sayur jenis lainnya.