SENIN, 2 MEI 2016
MAUMERE – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU dan PR) Republik Indonesia (RI) Dr.Ir.M.BasukiMuljono,MSc mempertanyakan kondisi dua keran air yang patah pada bagian pemutarnya di bak air dekat lokasi sumur bor.

Pertanyaan ini disampaikan menteri Basuki, saat meninjau proyek sumur bor yang dikerjakan Dinas Pekerjaan Umum (PU) dengan menggunakan anggaran APBN tahun 2011 di Desa Ian Tena, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka, Minggu (1/5/2016).
“Kenapa kerannya tidak diganti, nanti tolong diganti agar orang tidak kesulitan membuka air,” tanya Basuki.
Penjaga mesin pompa air yang juga berprofesi guru Fransiskus Supriadi, mengatakan nanti akan diperbaiki. Dipaparkan Frans, dirinya bekerja secara sukarela, karena tidak ada operator khusus. Dia terpaksa merangkap tugas sebagai operator mesin pompa.
Untuk mengoperasikan mesin pompa, kata Fran, sehari dua kali, yaitu saat pagi dan sore hari. Kemudian disepakati masyarakat pengguna, dikenakan iuran sebesar Rp 30 ribu sebulan.
“Awalnya Rp 15 ribu per kepala keluarga, tapi sejak tahun 2016 menjadi Rp 30 ribu per kepala keluarga. Uangnya dipakai untuk membeli bahan bakar,” jelas Frans.
Bensin dan solar, terang Frans, dibeli di SPBU dengan membawa surat rekomendasi dari Pemda Sikka.
Dengan adanya bantuan mesin pompa air, Frans menjelaskan kepada menteri Basuki , masyarakat desa merasa terbantu, karena tidak lagi membeli air bersih dari mobil tanki ukuran 5 ribu liter dengan harga Rp 150 ribu sekali beli.
“Kami sedang kordinasikan agar ada operator khusus untuk mengoperasikan 3 yang ada di desa ini,” tutur Frans.

Sumur pompa air tanah yang ada di desa Uan Tena beber, Frans berjumlah 3 buah dan semuanya dikelola kelompok. Ada satu sumur yang juga dipakai sebagai irigasi. Sumur yang dibangun tahun 2011 ini semuanya masih berfungsi baik.
Bartolomeus Bewo warga dusun Habihogor yang ditanyai Cendana News terkait kendala yang terjadi mengatakan, tidak ada petugas khusus yang berpengalaman dalam mengoperasikan, merawat dan memperbaiki mesin pompa. Seharusnya kritik Bewo, Dinas PU NTT harus melatih warga lokal untuk menjadi operator , sekaligus memperbaiki pompa bila terjadi kerusakan.
“Kalau rusak terpaksa kami panggil tenaga ahli dari tempat lain, untuk memperbaiki dan dibayar dari uang iuran yang dikumpulkan warga,” jelas Bewo.
Disaksikan Cendana News, kondisi bak penampung dan ketiga mesin pompa air tanah tersebut kondisinya masih bagus.Warga memanfaatkan tempat di sekeliling bak air untuk mandi dan mencuci pakaian. Keran air yang rusak, kata Frans, sering terjadi karena kesadaran warga untuk merawatnya masih kurang. (Ebed de Rosary)