SENIN, 2 MEI 2016
MAUMERE — Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia belum merata. Ini dapat dilihat di Desa Hokor, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Meski berstatus sekolah negeri, siswa SDN Todang harus belajar di ruang Posyandu dan ruang berdinding bambu berlantai tanah. Untuk mencapai sekolah ini, siswa harus berjalan kaki melewati bukit sejauh 3 hingga 6 Kilometer. Demi alasan menjaga kesehatan dan kebugaran siswa, SDN Todang hanya buka pada hari Senin hingga Jumat. Hari Sabtu, siswa diliburkan.

Gurunya hanya 2 orang yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Fasilitas sekolah, seperti bangku dan meja sebagian dibuat masyarakat setempat.Ini dilakukan demi anak-anak mereka bisa belajar. Meski kondisinya sangat memprihatinkan, namun belum ada upaya pemerintah untuk membenahinya.
“Kami minta pemerintah bantu kami bangun sekolah. Jalan menuju sekolah juga dibangun, agar teman-teman kami bisa mudah ke sekolah,” ujar Nong Viktor kepada Cendana News, Sabtu (30/4/2016).
Murid SDN Todang, Desa Hokor, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka, setiap hari harus berjalan kaki sejauh 3 hingga 6 kilometer, dari kampung Iligai di puncak gunung Iligai menuju lokasi sekolah yang berada di lembah. Kondisi jalan setapak yang dilewati siswa, sangat memperihatinkan dan membahayakan. Siswa harus melewati jalan setapak di atas bukit.
Ketika disambangi Cendana News, 5 murid di sekolah tersebut, yakni Maria Yufila dan Maksimus Donggo siswa kelas 2, bersama Silvanus Stephen, Servasius Nong Viktor serta Benediktus Paskalais siwa kelas 4 , sedang bermain di sekolah.
Kelima murid sekolah ini mengatakan, pada hari Sabtu mereka libur sekolah. Alasan meliburkan, supaya siswa mempunyai waktu istirahat yang cukup, sehingga pada hari Senin, mereka bisa masuk belajar kembali dengan segar.

Dengan menggunakan pakaian seragam merah putih dan pramuka lusuh, kelimanya malu-malu saat ditanyai Cendana News.
“Kami minta pemerintah bantu kami bangun sekolah dan jalan agar teman-teman kami bisa mudah ke sekolah,” ujar Nong Viktor malu-malu.
Untuk menuju SDN Todang di Desa Hokor, sungguh perjuangan berat. Cendana News harus berjalan kaki, mendaki gunung Iligai sejauh 3 kilometer. Dari puncak gunung Iligai ke Todang, ternyata jaraknya masih 3 kilometer lagi.
Perjalanan dilanjutkan dengan menuruni gunung, mengitari bukit hingga ke ujung kaki bukit Ilinpigang dan berbelok ke utara menyisiri lereng bukit hingga mencapai kampung Todang. Dari Desa Nelle Wutung di barat hingga ke SDN Todang, diperkirakan perjalanan menempuh 6 kilometer, dengan menghabiskan waktu 3 jam lamanya.
Mengitari Bukit
Ambrosius Bala Todang, warga kampung Todang yang ditemui Cendana News di lokasi sekolah mengatakan, murid SDN Todang berjumlah sekitar 40 orang. Dari kampung Todang hanya sekitar 10 orang sementara yang tinggal di kampung Iligai sebanyak 30 orang.
“Tiap pagi anak-anak sudah jalan tanpa sepatu dari Iligai ke Todang, menuruni lembah dan mengitari bukit menuju sekolah,” jelas Ambros sapaannya.