Peringati SO 1 Maret, Museum H.M Soeharto Gelar Jalan Sehat

SENIN, 29 FEBRUARI 2016
Jurnalis : Koko Triarko / Editor : ME. Bijo Dirajo / Sumber Foto: Koko Triarko 

YOGYAKARTA — Memperingati peristiwa sejarah Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 yang ke-67, Museum Memorial Jenderal Besar H.M Soeharto di Kemusuk Lor, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta, akan menggelar jalan sehat melibatkan ribuan masyarakat dan perwakilan dari seluruh museum yang ada di DI Yogyakarta. Selain itu, juga akan digelar wayang kulit semalam suntuk, pada Selasa 1 Maret 2016. Acara tersebut juga untuk memperingati tiga tahun berdirinya Museum Memorial Jenderal Besar H.M Soeharto.
Spanduk SO 1 Maret 1949
Tepat pada tanggal 1 Maret nanti, pukul 06.00 wib, sirine di Museum Jenderal Besar HM Soeharto di Kemusuk akan dibunyikan sebagai peringatan dimulainya serangan umum di Yogyakarta pada 1 Maret 1949 silam, saat alm. Pak Harto memimpin pasukan gerilya RI menyerang pendudukan Belanda yang menguasai Yogyakarta. 
“Bunyi sirine di Museum Soeharto itu nanti juga akan menjadi tanda diberangkatkannya jalan sehat yang diikuti oleh 5.000 lebih warga masyarakat DIY,”kata Wakil Ketua Museum Jenderal Besar HM Soeharto di Kemusuk, Gatot Nugroho, saat ditemui di sela kesibukan mempersiapkan perhelatan besar itu, Senin (29/2/2016).
Selain jalan sehat, untuk memperingati sejarah SO 1 Maret 1949 yang ke-67 dan tiga tahun berdirinya Museum Soeharto, kata Gatot, juga akan dilangsungkan pergelaran wayang kulit semalam suntuk pada Selasa malam, dengan lakon Dewa Ruci yang akan dibawakan oleh Ki Dalang Wisnu Hadi Sugito. 
Sementara itu, pada malam yang sama juga digelar pesta rakyat makan gratis bersama di Komplek Museum Soeharto. Gatot mengatakan, acara tersebut memang lebih diprioritaskan bagi warga masyarakat, karena kemenangan SO 1 Maret 1949 sejatinya adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia. 
“SO 1 Maret 1949 ini adalah peristiwa sejarah nasional”, tegas Gatot.
Lebih jauh, Gatot mengungkapkan, Serangan Umum 1 Maret 1949, menjadi catatan sejarah gemilang Pak Harto dan segenap rakyat Indonesia, karena dengan keberhasilan serangan itu dunia kembali mengakui jati diri dan kemerdekaan RI. Meskipun pasukan dan rakyat Indonesia hanya menduduki Kota Yogyakarta selama 6 jam, namun dampaknya di dunia internasional sangat luarbiasa. 
“Tanpa SO 1 Maret 1949 itu, mungkin saja kemerdekaan RI yang sudah diproklamirkan sebelumnya tidak mungkin bisa dipertahankan”, cetus Gatot.
Harapannya, sambung Gatot, dari peristiwa tersebut masyarakat tidak melupakan sejarah bangsanya, terutama kepada peran besar Tri Tunggal yang sangat menentukan dalam keberhasilan SO 1 Maret 1949, yaitu Soeharto, Sudirman dan Sultan HB IX. 
Sementara itu dalam perhelatan peringatan SO 1 Maret 1949 di Kemusuk, direncanakan semua keluarga besar alm Pak Harto akan hadir. Acara yang diprakarsai oleh H Probosutedja tersebut, akan dihadiri pula sejumlah tamu undangan dan segenap jajaran muspika dan muspida Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Jalan sehat yang diikuti oleh masyarakat umum, pelajar dan perwakilan museum se-DIY, akan dimeriahkan pula dengan pembagian doorprize berupa sepeda motor, sepeda gunung dan sebagainya dengan total nilai doorprize sebesar Rp. 40 Juta yang diawaki oleh pemuda Karang Taruna Paguyuban Pie Kabare Desa Argomulyo. 
“Paguyuban Pie Kabare ini terinspirasi dari banyaknya sticker bergambar Pak Harto dengan tulisan ‘Pie Kabare? Isih Penak Zamanku, to?’, yang marak bermunculan pasca reformasi”, pungkasnya. 
Lihat juga...