Mahasiswa Tuntut Bupati Aceh Utara Mengoptimalkani Pelabuhan Krueng Geukuh

RABU, 20 JANUARI 2016 
Jurnalis: Zulfikar Husein / Editor: Gani Khair / Sumber foto: Zulfikar Husein

ACEH—Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat Aceh Utara melakukan aksi demonstrasi di halalamn Kantor Bupati Aceh Utara, Provinsi Aceh, Rabu (20/1/2016). Para demonstran menuntut bupati mengoptimalkan penggunaan Pelabuhan Internasional Krueng Geukuh, Aceh Utara.


Mahasiswa mulai melakukan orasi sekitar pukul 10.00 pagi. Para pendemo secara bergantian menyampaikan aspirasinya di depan kantor bupati. Mereka meminta Bupati Aceh Utara, Muhammad Thaib yang akrab disapa Cek Mad menemui para pendemo.
Namun, setelah melakukan aksi protes selama kurang lebih 1,5 jam, para pendemo juga tak ditemui Cek Mad. Aksi mahasiswa tersebut hanya ditanggapi oleh Asisten III Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Aceh Utara, Abdul Azis dan didampingi Kepala Bagian Ekonomi, Halidi.
“Kenapa asal kami datang bapak bupati selalu tidak ada, apa beliau takut, padahal kami datang atas nama rakyat bukan malaikat maut yang mau mencabut nyawanya,” ujar Fakhrurrazi, Koordinator Aksi Demo, melalui Toa (pengeras suara).
Mahasiswa menyebut Bupati Aceh Utara takut berhadapan dengan mereka. Mahasiswa menilai sang bupati telah banyak melakukan kesalahan, sehingga tidak berani menemui mahasiswa yang melakukan demo. Aktivis mahasiswa itu juga menuding Bupati Cek Mad telah gagal menjadi pemimpin dan gagal mensejaterakan masyarakat.
Para pendemo menuntut Bupati Cek Mad untuk mengoptimalkan pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara. Selama ini mereka menilai pelabuhan yang dijadikan pelabuhan internasional pada 2014 lalu tidak difungsikan dengan baik.
“Kami mendesak pemerintah Aceh untuk menghidupkan ekonomi rakyat melaluo komoditi unggulan yang ada di Aceh untuk di ekspor melalui pelabuhan Krueng Geukuh,” ujar orator aksi, Fakhrurrazi.
Mereka juga meminta dana operasional yang digunakan untuk pelabuhan dipublikasikan secara transparan. “Menindaklanjuti pelayanan buruk dan bupati harus bisa memberantas mafia di pelabuhan krueng geukuh,” teriaknya.
Hingga demo berakhir, mahasiswa tidak ditemui bupati. Menurut asisten III, Abdul Azis, Bupati Aceh Utara sedang menghadiri pelaksanaan Diklat Bela Negara di PT. Perta Arun Gas. Mahasiswa meminta Abdul Azis menyanggupi permintaan mereka untuk mengadakan rapat dengan pihak Bea Cukai, Pelindo dan pihak terkait.
“Kami sangat senang mahasiswa datang kesini, apa yang kalian sampaikan sama dengan apa yang kami inginkan. Dalam waktu dekat, saya janji sebelum tanggal 31 Januari akan kita undang pihak-pihak yang pendemo inginkan,” pungkas Abdul Azis.
Sekitar pukul 11.30, mahasiswa membubarkan diri dari kantor bupati setelah ditandatangani surat pernyataan mereka. Lalu mahasiswa bergerak melanjutkan aksinya ke kantor Bea dan Cukai Aceh Lhokseumawe.
Setelah berorasi hampir 40 menit, mereka disambut langsung oleh Kepala Bea Cukai Lhokseumawe, Harris. Para pendemo diajak masuk dan beraudiensi di aula kantor tersebut.
Harris sendiri bersikeras tidak pernah melakukan intimidasi maupun diskriminasi terhadap siapapun di pelabuhan tersebut. “Sekarang teman-teman tunjukan mana diskriminatif, ketidakadilan terhadap importir atau pengusaha yang kami lakukan,” ujar Harris.
Sementara itu, mahasiswa sendiri meminta pihak Bea dan Cukai mau berdialog bersama pihak Pemkab Aceh Utara. “Kita minta pihak bea cukai transparan dan mau berdialog bersama kami para mahasiswa dan Pemkab Aceh Utara, anggota dewan, serta instansi terkait,” kata orator demo, Fakhrurrazi.
Lihat juga...