MINGGU, 31 JANUARI 2016
Jurnalis: Ebed De Rosary / Editor: Sari Puspita Ayu / Sumber foto: Ebed De Rosary
MAUMERE—Hampir semua gedung gereja yang baru dibangun menampilkan arsitektur bergaya modern. Perpaduan antara budaya lokal dan agama pun tidak teraplikasi didalamnya. Memadukan motif tenun ikat Sikka yang dilukis di setiap sudut dinding gereja dengan corak kaca bergaya Eropa menjadikan gereja tua ini berhasil memadukan dua budaya. Kerjasama yang dibangun antara Portugis dan Raja Sikka terwujud dalam sebuah bangunan rumah ibadah yang indah, artistik dan tentu saja tetap lestari diumurnya yang melebihi satu abad.
![]() |
Gereja tua Sikka yang dibangun tahun 1899 hampir setiap hari selalu dikunjungi wisatawan |
Gereja tua Sikka masuk dalam wilayah paroki St.Ignatius Loyola dengan jumlah umat ± 1.900 jiwa yang tersebar di 6 lingkungan dan 29 Komunitas Basis (Kombas). Kepada Cendana News yang menemuinya di gedung pastoran, Rm.Felix Rongeytu, Pr, pastor paroki gereja St.Ignatius Loyola Sikka menyebutkan,jumlah umat Katolik setiap tahun tidak mengalami peningkatan berarti. Hal ini karena banyak orang Sikka yang merantau ke luar daerah mencari pekerjaan. Sebab jika bertahan di Sikka, mata pencaharian hanya sebagai nelayan saja karena tanah untuk pertanian hampir tidak ada.
Jika dilihat, Desa Sikka diapit pantai dan bukit dimana jarak dari bibir pantai hingga bukit ± 50 sampai 100 meter saja. Dari penuturan pastor paroki dan buku tamu yang ada di gereja memperlihatkan, hampir tiap hari ada saja wisatawan lokal dan mancanegara yang mengunjungi gereja tua Sikka. Baru-baru ini sebut ada rombongan pengendara motor besar dari luar daerah yang mayoritas beragama lain mengunjungi gereja tua Sikka. Buku tamu di gereja juga memperlihatkan, dua hari dan seminggu sebelum kedatangan Cendana News, gereja ini dikunjungi rombongan biarawati dari Larantuka dan beberapa wisatawan dari Eropa.
Dibantu Raja
Gereja tua yang ada sekarang di Sikka seperti dituturkan Orestis Parera (75) kepada Cendana News, Minggu (31/01/2016) bukan merupakan bangunan gereja yang dibangun saat awal masuknya agama Katolik di Sikka tahun 1607. Gereja ini dibangun oleh Raja Don Alesu bersama umat dan imam-imam Dominikan (OP) asal Portugal memakai kayu-kayu lokal. Gereja dengan pelindung Santa Lusia ini selalu mengalami perbaikan karena kayu–kayunya tidak bertahan lama hingga akhirnya diputuskan untuk membangun sebuah gedung gereja permanen dan tahan lama.