RABU, 6 JANUARI 2016
Jurnalis: Henk Widi / Editor: Sari Puspita Ayu / Foto: Henk Widi
LAMPUNG—Penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tak berdampak pada ongkos atau tarif transportasi umum di wilayah Lampung. Sebagian pihak pemilik usaha transportasi diantaranya angkutan kota serta travel bahkan enggan menurunkan tarif meskipun harga BBM sudah turun.
![]() |
Terminal Kalianda |
Angkutan umum di Kota Kalianda yang melayani trayek ke beberapa wilayah diantaranya ke Bakauheni, Sidomulyo bahkan masih menerapkan tarif lama dari kisaran Rp5.000,- hingga Rp10.000,- sekali jalan. Meski penurunan harga BBM bersubsidi telah dilakukan para sopir mengaku penurunan tersebut sangat kecil dan tak mempengaruhi tarif.
Ahmadi, salah satu sopir angkot, mengungkapkan dirinya masih menerapkan tarif lama karena menurutnya penurunan harga premium sebesar Rp350 per liter tidak memberikan dampak terhadap sopir angkot.
“Penurunan harga BBM ini memang menguntungkan kami, tapi tidak terlalu banyak perbedaannya dan hanya mengurangi sedikit pengeluaran sehingga kami tetap tidak menurunkan tarif dengan harga BBM saat ini,” ungkapnya di Kalianda, Rabu (6/1/2016).
Menurut Ahmadidi, di Kota Kalianda tingkat penggunaan kendaraan umum untuk mobilitas warga sangat jarang meski masih tetap ada yang menggunakan sarana angkot. Namun sebagian besar warga kini lebih menggunakan kendaraan pribadi derta kendaraan roda dua untuk bepergian.
![]() |
Terminal Bakauheni |
“Sudah sush sekarang mencari penumpang bahkan anak sekolah pun sekarang banyak yang memilih menggunakan motor kalaupun ada kami biasanya sistem jemputan harian,” ungkapnya.
Jalur yang menjadi sumber penghasilan cukup menguntungkan bagi Ahmadi diantaranya trayek ke Bakauheni terutama saat arus liburan. Banyaknya penumpang pada saat arus liburan tersebut pun masih tetap harus berebut dengan para sopir travel yang memiliki trayek searah dengan angkot.
Samadi mengaku ia sengaja tak menaikkan tarif karena kalau menurunkan tarif angkot, penghasilan yang ia peroleh akan berkurang dan lebih banyak untuk biaya operasional. Dengan tarif sekarang saja biasanya dalam sehari ia hanya membawa pulang uang Rp70-100 ribu dari hasil narik angkot.
Hal serupa dilakukan oleh beberapa sopir bus dan travel trayek terminal Bakauheni ke terminal Rajabasa Bandarlampung. Penurunan tarif bahkan tak membuat mereka menurunkan tarif. Ongkos sebesar Rp25 ribu-Rp30 ribu untuk tarif bus dan sekitar Rp35 ribu-Rp45 ribu pun tetap diberlakukan oleh para sopir travel.
“Tentunya tidak terlalu pengaruh kalau penurunan hanay kecil karena onderdil dan biaya perawatan kendaraan sudah mahal jadi BBM turun nilainya kecil pun tak berpengaruh,”ungkap Somad sopr travel jurusan Bakauheni-Rajabasa.
Seperti diketahui, mulai hari ini pemerintah resmi menurunkan harga BBM. Namun persentase penurunan harga yang tipis diprediksi tidak akan membawa dampak berarti khususnya di sektor transportasi.
Seperti diketahui, mulai Selasa (5/1/2016) pemerintah resmi menurunkan harga BBM. Namun persentase penurunan harga yang tipis diprediksi tidak akan membawa dampak berarti khususnya di sektor transportasi.
Harga premium turun dari Rp7.300 menjadi Rp6.950. Namun, karena ada pungutan Dana Ketahanan Energi (DKE) sebesar Rp200 per liter, maka harga jual akhir premium di SPBU menjadi Rp7.150 per liter.
Demikian pula dengan solar, harga jualnya akan dikoreksi dari Rp6.700 per liter menjadi Rp5.650 per liter, dengan subsidi yang sudah melekat di harga sebesar Rp1.000 pe rliter. Namun, karena ada pungutan DKE sebesar Rp300 per liter, maka harga jual solar ke konsumen menjadi Rp5.950 per liter.
PT Pertamina (Persero) juga menurunkan harga jual BBM jenis lainnya, yakni Pertalite, dan Pertamax. Pertalite turun sebesar Rp250 per liter, dari Rp8.200 per liter menjadi Rp7.950 per liter.
Sedangkan Pertamax, harga jualnya akan dikurangi sebesar Rp200 per liter, dari Rp8.650 per liter menjadi Rp8.450 per liter.