![]() |
Hamparan lahan jagung di Ponorogo |
SURABAYA — Kekeringan yang merupakan dampak dari El Nino mulai dirasakan petani di Ponorogo. Hal tersebut dikarenakan sumber mata air yang menjadi sumber pengairan volume semakin mengecil setiap hari.
Seorang petani dari Desa Kunti Kec. Bungkal Ponorogo, Sri Widodo (55 tahun) mengungkapkan, sekarang ia tidak bisa leluasa mengairi sawahnya.
“Sekarang harus pagi-pagi buta kalau mau ngairi, kalau siang atau sore keluaran airnya kecil,” terang petani jagung ini.
Selain itu, ia harus menambah penggalian sumber air sedalam 2 meter dan untuk penyedotannya menggunakan diesel.
“Dan harus pake diesel untuk ngangkat air, supaya airnya keluar banyak,” jelasnya.
Tidak hanya itu, meski sudah disirami air, kelembaban tanah tidak bertahan lama, karena cuaca yang panas menyebabkan lahan cepat kering. Untuk mengantisipasinya pengairan harus dilakukan lebih sering.
“Sekarang jeda 10 hari, saya harus sudah nyirami,” tandasnya.
Ia berharap semoga dampak kekeringan El Nino bisa cepat hilang dan jumlah air di lahannya banyak seperti semula.
![]() |
Lokasi sumber air yang disedot menggunakan pompa |
MINGGU, 27 September 2015
Jurnalis : Charolin Pebrianti
Foto : Charolin Pebrianti
Editor : ME. Bijo Dirajo