Kearifan Ritual Ngaben yang Dilestarikan Masyarakat Hindu Bali di Lampung

Dipagi hari ketika upacara dilaksanakan, seluruh keluarga dan masyarakat akan berkumpul mempersiapkan upacara. Sebelum upacara dilaksanakan jasad terlebih dahulu dibersihkan/dimandikan, Proses pelaksaaan pemandian di pimpin oleh seorang Pendeta atau orang dari golongan kasta Bramana.

Setelah proses pemandian selesai , mayat dirias dengan mengenakan pakaian baju adat Bali, lalu semua anggota keluarga berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir dan diiringi doa semoga arwah yang diupacarai memperoleh kedamaian dan berada di tempat yang lebih baik.

Mayat yang sudah dimandikan dan mengenakan pakaian tersebut diletakan di dalam “Bade” (keranda) lalu di usung secara beramai-ramai, seluruh anggota keluarga dan masyarakat berbaris di depan “Bade”. Selama dalam perjalanan menuju tempat upacara tersebut, bila terdapat persimpangan atau pertigaan, Bade akan diputar putar sebanyak tiga kali, ini dipercaya agar si arwah bingung dan tidak kembali lagi ,dalam pelepasan jenazah tidak ada isak tangis, tidak baik untuk jenazah tersebut, seakan tidak rela atas kepergiannya. Arak-arakan yang menghantar kepergian jenazah diiringi bunyi gamelan, kidung suci. Pada sisi depan dan belakang Bade yang di usung terdapat kain putih yang mempunyai makna sebagai jembatan penghubung bagi sang arwah untuk dapat sampai ketempat asalnya.

Setelah sampai dilokasi kuburan atau tempat pembakaran yang sudah disiapkan, mayat di masukan/diletakan diatas/didalam “Replica berbentuk Lembu“ yang sudah disiapkan dengan terlebih dahulu pendeta atau seorang dari kasta Brahmana membacakan mantra dan doa, lalu upacara Ngaben dilaksanakan, kemudian “Lembu” dibakar sampai menjadi abu. Sisa abu dari pembakaran mayat tersebut dimasukan kedalam buah kelapa gading lalu kemudian di larungkan/dihayutkan ke laut atau sungai yang dianggap suci.

Lihat juga...