Pak Harto Punya Apotik Hidup, Titiek Soeharto Punya Sehat Hijau Sejahtera.


CATATAN JURNALIS—Jauh sebelum populer istilah Obat Herbal, Pak Harto sudah memperkenalkan tanaman obat melalui Apotik Hidup kepada masyarakat Indonesia, sebuah gerakan yang dilakukan oleh keluarga dalam memaksimalkan pekarangan rumahnya dengan menanam tanaman obat. 
Apotik hidup, salah satu bukti bahwa Pak Harto adalah pemimpin yang visioner, pemimpin yang selalu berkomitmen membangun kualitas masyarakat dan manusia Indonesia. Melalui apotik hidup, sesungguhnya, secara langsung atau tidak, Pak Harto mengajarkan pada masyarakat obat tradisional yang dihasilkan oleh apotik hidup memiliki dua jenis. Yaitu, jenis pertama, obat tradisional yang dikonsumsi hanya perlu proses pengolahan sederhana, dan jenis kedua adalah obat tradisional yang dalam pengolahannya harus memenuhi standart CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik). 
Jadi Apotik Hidup, bukanlah sekedar gerakan menggerakan keluarga agar turut menjaga kelestarian alam dengan sadar menanam di pekarangan atau meningkatkan kesejahteraan saja, tetapi juga program mencerdaskan masyarakat Indonesia melalui tanaman obat.
Kini, Titiek Soeharto yang diawal terjun ke dunia Politik melalui Partai Golkar telah berkomitmen akan melanjutkan cita-cita Pak Harto menuju Indonesia tinggal landas. Ia juga berkomitmen memperhatikan kelangsungan hidup para petani karena Ia meyakini bahwa petani adalah ujung tombak terwujudnya kedaulatan pangan. Komitmen Titiek nampaknya tidak perlu diragukan lagi, perhatian nyata yang Ia berikan sangat layak diapresiasi.
Sadar bahwa petani tidak bisa berdiri sendiri tanpa pendampingan dari pihak terkait termasuk di dalamnya para peneliti, penyuluh dan penggerak lingkungan, Titiek pun memberikan ruang dan waktu bagi mereka yang memiliki kepedulian sama bagi kaum petani, baik petani skala besar maupun petani skala kecil yang hanya memiliki pekarangan rumah sebagai lahan tanam.
Atribut Gerakan Sehat Hijau Sejahtera
Salah satu kelompok yang memiliki kepedulian tersebut adalah kelompok pengusaha, peneliti, praktisi hukum dan beraneka profesi lainnya yang dikoordinasi oleh  KRMT. Prodjo Notoadhisoerjo alias Indro “Kimpling” Suseno. Kepedulian mereka diwujudkan dalam bentuk Gerakan Sehat Hijau Sejahtera. 
Deklarasi gerakan ini dilakukan pada hari Rabu, (5/8/2015) bertempat di Pusat Kuliner Kampanyo XT Square, Umbulharjo, Yogyakarta. Acara dihadiri oleh undangan dengan beragam latar belakang, diantaranya Hidayat, penggiat tanaman organik yang kedatangannya didampingi oleh beberapa petani tanaman organik dari Yogyakarta, Magelang dan Klaten. Hadir juga Ira, marketing manager Jamu Jago, Winarno dari KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan), Dr. Tri yang merupakan peneliri dari BPTP (Balai Penelitian Tanaman Pangan) Yogyakarta, Jatmiko pemilik Legend Cafe Yogya dan beberapa tamu lainnya.
Dalam kesempatan ini, semua yang hadir memiliki kesempatan untuk menyampaikan ide-ide mereka tentang banyaknya hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga melalui usaha pertanian yang mengutamakan pekarangan sebagai lahan tanam. Ide ini, menurut mereka bisa memberikan dampak bagi penghijauan di perkotaan, terutama kota-kota yang sudah tidak lagi memiliki lahan pertanian. 
Semua penggiat gerakan ini memiliki kesimpulan yang sama, bahwa mereka butuh pihak yang mampu menjembatani antara petani, peneliti, dan pengguna hasil pertanian. Agar gerakan ini benar-benar memiliki manfaat bagi banyak pihak. 
Sampai pada titik “butuh pihak yang menjembatani antara petani  dan pengguna hasil pertanian”, tentulah Pak Harto telah lebih dulu mengajarkan jauh-jauh hari bagaimana sistem pemasaran hasil tani melalui koperasi. Jadi, undangan dari KRMT. Prodjo Notoadhisoerjo alias Indro “Kimpling” Suseno untuk Titiek Soeharto adalah undangan yang ditujukan kepada pihak yang tepat.
Selain menjadi Wakil Ketua Komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian, Titiek juga anak Soeharto yang tentu tahu bagaimana “ide dasar” Bapak Pembangunan tentang membangun pertanian dengan memanfaatkan pekarangan rumah dan sekaligus pembuat metode pemasaran hasil pertanian kepada pengguna melalui KUD.
Jika dulu Pak Harto berkomunikasi dengan Petani melalui acara Klompen Capir, Titiek memperluasnya dengan tak hanya berkomunikasi dengan petani di sawah tetapi juga dengan penggiat pertanian di lokasi yang lebih modern yaitu kafe. 
Jika dulu Pak Harto mengajarkan tentang menanam tanaman obat di pekarangan, kini Titiek Soeharto mendukung gerakan menanam tanaman organik di pekarangan. 
Jika dulu Pak Harto menemukan cara melalui koperasi sebagai jembatan antara petani dan pengguna hasil pertanian, apakah Titiek juga akan kembali menghidupkan peran KUD yang pernah dirintis sang ayah sebagai bentuk komitmennya melanjutkan cita-cita Pak Harto menuju Indonesia tinggal landas?
Jika dulu Pak Harto menantang ilmuwan di bidang farmasi dan pengusaha untuk mengembangkan tanaman asli Indonesia agar dijadikan obat. Apa tantangan yang diberikan Titiek Soeharto kepada para penggiat pertanian, peneliti dan pengusaha masa kini dalam memanfaatkan tanaman yang dibudidayakan di pekarangan rumah?
Yang pasti, jika  Titiek Soeharto sangat peduli pada petani, adalah wajar, karena Ia anak Pak Harto! 
KAMIS, 6 Agustus 2015
Penulis : Gani Khair
Foto : Staf Khusus Titiek Soeharto

Lihat juga...