Pengelola Rumah Belajar Denpasar Sayangkan Autis Jadi Lelucon

Perlombaan Anak Berkebutuhan Khusus dan Anak Umum
CENDANANEWS (Denpasar) – Ketua Rumah Belajar Autis Sarwahita, Inayah Wiyartathi menyayangkan, sekarang ini banyak sekali orang normal yang membuat lelucon dengan kata autis, padahal hal tersebut tidak perlu dilakukan karena akan berdampak sangat buruk terhadap perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus apabila mereka mendengarnya.
Disebutkan, anak Berkebutuhan Khusus bukan penyakit, itu juga bukan sesuatu yang harus di pisahkan dari kumpulan normal, sosialisasi ini sangat penting agar masyarakat segera menyadari bahwa Anak Berkebutuhan Khusus bisa di normalkan dengan cara memberikan kasih sayang.
Inyah Wiyartathi
“Kasih sayang dan dukungan penuh kepada mereka bisa menormalkan Anak Berkebutuhan Khusus,” katanya saat merayakan Ulang tahun yang pertama tanggal 1 Mei 2015, Rumah Belajar Autis Sarwahita, yang berkedudukan di Jalan A.Yani Utara 237, Denpasar, Jumat (1/5/2015).
Ulang tahun yang mengangkat tema ” Mandiri Berkreasi Dengan Sahabat ” disemarakan dengan berbagai lomba antara anak normal dengan anak berkebutuhan khusus dengan tujuan mempertegas kampanye dari Yayasan Autis Indonesia, yaitu : AUTISM IS NOT A JOKE !!.
Disebutkan, tujuan kegiatan ini juga untuk mensosialisasikan kepada masyarakat luas bahwa Anak Berkebutuhan Khusus dapat disejajarkan dengan Anak-anak umum lainnya. Tidak harus ada pembedaan ataupun pengkotakan yang disebabkan keadaan fisik maupun lainnya.
Seorang anak mempelajari sesuatu dengan melihat lalu menirukan, jadi jika kita bisa perduli, maka para Anak Berkebutuhan Khusus bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan sama seperti yang di dapatkan oleh anak-anak normal lainnya.
Pemerintah sudah menunjukkan keseriusan dalam hal menghimbau kepada sekolah-sekolah umum agar tidak menolak Anak Berkebutuhan Khusus untuk bersekolah di tempat mereka. Justru setiap sekolah umum seharusnya memiliki tenaga ahli serta guru sendiri sebagai antisipasi jika ada Anak Berkebutuhan Khusus ingin masuk sekolah.
Namun yang terjadi sekarang banyak sekali sekolah-sekolah yang belum melaksanakan hal tersebut. mungkin tidak mau mengeluarkan biaya lebih atau apa masalahnya. Dan Rumah Belajar Autis Sarwahita mencoba menjawab semua itu dengan acara ini.
Sementara itu, Bapak Komari, orangtua murid dari Anak Berkebutuhan Khusus bernama Moch.Solehudin memaparkan kekagumannya atas perkembangan yang dicapai anaknya selama dua tahun bersekolah di Rumah Belajar Autis Sarwahita. Menurut Bapak asal Pasuruan ini, anaknya sekarang sudah 60% mencapai kemajuan dalam hal cara berbicara dengan orang lain. Begitu pula dengan perkembangan mentalitas anaknya yang semakin berani untuk terbuka berhubungan dengan anak-anak sebayanya.
Hal ini didukung oleh kurikulum serta cara mengajar dari para guru di sekolah tersebut. Mereka mengajarkan dengan sabar tentang banyak hal, yaitu Perilaku, Komunikasi, Sosialisasi, dan Akademik. Semua dilakukan dengan sabar dan penuh ketekunan.
Ratih Triastuti, seorang gadis lulusan Fakultas Psikologi Universitas Wisnu Wardhana Malang yang menjadi salah satu guru di Rumah Belajar Autis mengatakan bahwa, ia sangat berbahagia bisa menjadi bagian dari keluarga besar Rumah Belajar Autis Sarwahita. Di sini dia mendapatkan banyak suka duka yang berarti buat kehidupannya. Banyak hal-hal lucu, hal-hal baru, dan dengan Anak Berkebutuhan Khusus ia juga sangat sabar dalam mengajar.
” kesedihan saya adalah jika ada anak yang seiring bertambahnya usia anak tersebut tidak ada perubahan yang signifikan. Itu seperti mengiris hati saya, karena saya beranggapan bahwa saya gagal mengubah anak tersebut. Namun berkat dukungan teman-teman guru lainnya, saya akhirnya bisa lebih sabar lagi dan tekun agar perubahan itu terjadi,” tutur Ratih.
Harapan dari Rumah Belajar Autis Sarwahita, semoga dengan acara ini dapat membuka mata masyarakat tentang pentingnya berbagi hati dengan Anak Berkebutuhan Khusus, karena hanya satu yang dapat mengubah mereka, yaitu Kasih Sayang tulus dari orang-orang disekitarnya.
Lihat juga...