Beternak Lele Menggunakan Sistem NWS

Memberi Makan Ikan Lele [Foto:CND]

CENDANANEWS (Malang) – Selain ayam, Ikan lele merupakan salah satu pilihan menu yang selalu ditawarkan di warung makan lalapan. Selain rasanya yang gurih, ikan lele juga memiliki kandungan gizi dan protein yang cukup tinggi. Namun tidak semua masyarakat mau mengkonsumsi lele, disebabkan sebagian masyarakat masih memiliki pandangan negatif bahwa ikan lele merupakan ikan yang menjijikan karena dipelihara di tempat yang kotor (septic tank) dan makanannya yang berupa kotoran manusia dan ayam tiren.
Dari pandangan negatif masyarakat terhadap ikan lele tersebut dan keinginannya untuk merubah pandangan negatif tersebut yang akhirnya membuat Aji (35) beserta teman-temannya bertekad membentuk kelompok tani untuk membudidayakan ikan lele yang segar dan menyehatkan yang diberi nama Kelompok Tani Sumber Lancar. Kelompok tani ini beranggotakan 16-17 anggota.
Saat Cendana News mengunjungi rumahnya yang berada di Jl. Bhakti No 30 Kelurahan Balearjosari Rt 02 Rw 07 Kecamatan Belimbing Kota Malang, kebetulan Aji tidak berada di rumahnya. Menurut istrinya, Aji sedang berada di kolam lele yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Saat ditemui di lokasi kolam lelenya yang berada di atas tanah milik PJKA yang posisinya berada disamping rel kereta api ini, Aji yang juga merupakan ketua Kelompok Tani Sumber Lancar menceritakan bahwa dirinya sudah mulai merintis budidaya ikan lele ini sejak 4 tahun yang lalu, jenis ikan lele yang dibudidayakannya adalah jenis Masamo karena tahan pada kepadatan tinggi.
Aji yang merupakan sarjana psikologi Universitas Muhammadiyah Malang dan tidak memiliki latar belakang peternakan maupun perikanan ini, memulai budidaya ikan lelenya dengan cara yang menurutnya masih “asal-asalan” yang mengakibatkan mengalami beberapa kali kegagalan. Namun dari budidaya “asal-asalan” dan kegagalan yang dialami tersebut, dia justru dapat mengetahui kekurangannya. Dari situ akhirnya dia mencari informasi dari internet yang kemudian bertemu dengan komunitas NWS (Natural Water System), ujarnya kepada Cendana News Rabu (24/3/2015).
Meskipun awalnya dia mengaku belum mengetahui apa-apa, namun dirinya dipercaya untuk ikut merumuskan SOP NWS (Natural Water System). Aji menjelaskan, untuk membudidayakan ikan lele dengan menggunakan sistem NWS hal yang perlu di persiapkan yaitu persiapan media yang berupa dedak, ragi tape dan ragi tempe yang telah difermentasi selama 3 hari. Tahap selanjutnya kemudian menyiapkan air dalam kolam. Untuk hari pertama air yang dimasukkan setinggi 40 cm kemudian memasukkan air dolomit yang sebelumnya sudah diendapkan, memasukkan molase, probiotik dan dedak yang sudah di fermentasi, kemudian air dibiarkan selama 3 hari. Selanjutnya pada hari keempat, tambahkan air pada kolam hingga mencapai ketinggian 100 cm, kemudian masukkan kembali air dolomit yang sudah diendapkan dan masukkan probiotik, kemudian air dibiarkan kembali sampai hari ke tujuh. Pada hari ke tujuh bibit ikan lele sudah dapat dimasukkan ke dalam kolam, ujarnya.
Panca salah satu anggota kelompok tani Sumber Lancar mengatakan untuk perawatannya dia hanya melakukan managemen air dimana setiap satu minggu sekali dia memberikan dolomit, probiotik dan ragi tape kedalam kolam dan ikan juga dipuasakan (tidak diberi makan selama 24 jam). Ikan lele di beri makan sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari dengan menggunakan full pelet untuk makanannya yang di suplay dari PT. Matahari Sakti. Sehingga lelenya dijamin tidak mengandung bakteri Ecoly yang berbahaya bagi manusia yang biasanya terdapat pada ayam tiren dan kotoran manusia.
Panca juga menjelaskan pemberian ragi dan probiotik yang merupak sumber bakteri menguntungkan ini berfungsi sebagai pakan alami dan juga untuk menyeimbangkan media. Panca mengaku bahwa sistem NWS ini sudah diuji Multi Lokasi yaitu di Pekalongan, Lamongan, Tulungagung dan Malang. Menurutnya kondisi wilayah yang berbeda-beda juga mempengaruhi perlakuan yang akan diberikan.
Aji menambahkan “dengan menggunakan sistem NWS, kita dapat menghemat air karena kolam tidak perlu dikuras dan air tidak perlu harus selalu diganti” air baru diganti jika terlihat ada gejala atau masalah pada ikan, namu selama ikan masih terlihat nyaman air tidak perlu diganti.
Penyakit yang sering menyerang lele yaitu penyakit moncong putih dan cacar, untuk mengatasi masalah tersebut biasanya Aji hanya cukup mengganti medianya saja tanpa menambahkan bahan-bahan atau obat-obat kimia ke dalam air.
Aji menggunakan kolam berbentuk bulat dengan diameter 1-4 dengan ketinggian 1 meter yang dibuatya sendiri. Menurutnya, dengan menggunakan kolam berbentuk bulat dapat mengefisienkan tempat dan kepadatannya tinggi. Kolam miliknya dapat menampung 5-6 ribu ekor per kolam.
Lele baru bisa dipanen setelah umur 3 bulan. Dia bisa memanen lele 3 kwintal setiap minggunya. Untuk harganya, dia mematok harga berkisar Rp. 13.000-14.000/kg lebih murah dari harga di pasaran yang mencapai harga Rp. 18.000-19.000/kg.
Kelebihan dari lele yang dihasilkan dengan sistem NWS ini lebih gurih jika digoreng, lebih keset  dan tentunya lebih sehat untuk dikonsumsi. Selain menjual lele, dia juga menerima pesanan kolam bulat dengan harga berkisar Rp. 250.000-600.000/per kolam tergantung diameter.
Kelompok Tani Sumber Lancar sering diundang dan diajak pemerintah untuk mengikuti pameran-pameran maupun acara-acara tertentu. Namun meskipun sering diundang oleh pemerintah, Aji mengaku bahwa dirinya maupun kelompoknya belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Jadi selama ini Aji mengaku menggunakan dana pribadi maupun dari kelompok untuk membudidayakan ikan lelenya. Dia berharap kedepannya pemerintah bisa memberikan bantuan kepadanya untuk mengembangkan usaha kelompoknya tersebut.
Pada akhir perbincangan Aji berpesan bagi para pemula yang ingin membudidayakan ikan lele harus sabar, disiplin, ulet dan pantang menyerah, tutup.

———————————————————-
Selasa, 24 Maret 2015
Jurnalis : Agus Nurchaliq
Editor   : ME. Bijo Dirajo
———————————————————-

Lihat juga...