CENDANANEWS – Bagi sebagian orang terutama kaum hawa menganggap cacing sebagai hewan yang mengelikann bahkan menjijikkan. Namun ditangan Abdul Azis Adam Maulida atau yang lebih sering disapa Adam, cacing dirubah menjadi pundi-pundi rezeki.
Saat Cendana News menyambangi kantornya yang berada di Jl. S. Supriyadi IX/42 RT 7- RW 4 Sukun Malang, kebetulan Adam sedang tidak berada di kantor. Namun Cendana News berkesempatan mewawancarai Kokoh Penggalih salah satu karyawan Adam.
Kokoh menceritakan bahwa Adam sebelum menjadi peternak cacing, dia bekerja sebagai kepala supervisor di salah satu perusahaan kimia, namun tidak lama kemudian akhirnya Adam keluar dari perusahaan tersebut yang kemudian menggeluti dunia cacing sebagai peternak cacing. Adam mulai merintis beternak cacing pada tahun 2010 dan kemudian pada tahun 2011 usaha tersebut suda berkembang menjadi CV. Rumah Alam Jaya Organik (RAJ organik).
Untuk beternak cacing menurut Kokoh tidaklah terlalu sulit, yang pertama harus dilakukan adalah menyiapkan rumah cacing yang berbentuk kolam dengan ukuran 2x1m² atau dapat juga berupa rak, kemudia media untuk pertumbuhan cacing bisa berupa Jamur, grajen, jerami padi dan aren, yang terakhir adalah pakan cacing yang berasal dari semua limbah organik berupa sayuran dan juga berupa limbah ternak seperti kotoran ayam dan sapi. Sedangkan untuk perawatannya setiap 2 minggu sekali bagian atas di media diambil 5 cm kemudian diganti dengan media yang baru. Cacing merupakan hewan hermaprodit yang berarti bisa memperbanyak didirnya sendiri, sehingga untuk beternak cacing kita hanya perlu membeli satu kali bibit cacing, ujarnya.
Menurut Kokoh dengan bibit cacing 25 kg, dalam waktu 4,5 bulan dapat menghasilkan 4 kwintal cacing. Cacing sudah bisa mulai dipanen perdana dalam waktu 3 bulan, setelah itu bisa dipanen secara rutin setiap 2 minggu sekali.
Untuk jenis cacing yang sering dibudidayakan yaitu cacing Lumbricus, cacing Africa Nightcrawler dan cacing Tiger. Jenis-jenis cacing ini biasanya digunakan sebagai pakan ikan, farmasi dan juga untuk kosmetik. Selain itu, kotoran cacing (kascing) juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman.
Untuk kendala yang biasa dihadapi dalam beternak cacing yaitu kendala hama. Hama sendiri disini dibagi menjadi dua yaitu yang pertama hama predator (yang memakan cacing) seperti tikus, katak, kadal dan ayam. Hama yang kedua yaitu hama kompetitor (yang memakan makanan cacing) seperti semut, kutu tanah dan belatung, jelas Kokoh.
Peminat cacing menurut Kokoh cukup banyak dan banyak juga yang ingin bekerjasama dengan RAJ organik. Namun RAJ organik sendiri untuk saat ini hanya bisa memenuhi permintaan dari perusahaan indukan pakan air tawar yaitu sebanyak sekitar 7 ton cacing yang dibutuhkan per bulan. Cara pemasaran RAJ organik yaitu dengan sistem kemitraan. Anggota RAJ organik cukup banyak yang untuk sementara ini tersebar di daerah Jawa Timur. Untuk harganya sendiri yaitu berkisar Rp. 50.000,- per kg cacing.
———————————————————-
Rabu, 18 Maret 2015
Jurnalis/Foto : Agus Nurchaliq
Editor : ME. Bijo Dirajo
———————————————————-