![]() |
Menarik jaring (purse seine) bersama-sama |
CENDANANEWS (Kendari/Sulawesi Tenggara) – Setelah dua minggu menunggu musim pasang mereda, sekelompok nelayan kampung Tipulu Kendari Sulawesi Tenggara kembali melaut. Selain menyiapkan berbagai kebutuhan pangan untuk bertahan hidup dilaut, para Anak Buah Kapal Motor Nelayan Berkah Mulia pun menyiapkan berbagai keperluan untuk menangkap ikan menyulam purse seine (jaring) yang terkoyak, memperbaiki genset pelampung rompong, memeriksa kondisi kapal berikut mesinnya agar kegiatan berburu ikan dilaut tidak mendapat kendala.
![]() |
Menarik jaring (purse seine) bersama-sama |
Kapal Motor dengan kapasitas 30 GT (Gross Ton) ini memiliki 18 ABK (Anak Buah Kapal) dan satu orang Kapten serta satu orang wakil kapten. Jumlah orang yang terlibat dalam kegiatan mencari ikan di Laut Banda ini memang relatif banyak untuk ukuran kapal yang tak besar ini, sebab metodologi mencari ikan bagi Nelayan Kendari khususnya dan nelayan Sulawesi pada umumnya adalah dengan mengandalkan pengumpul ikan berupa rumah-rumahan ikan yang terbuat dari jalinan jaring dan daun kelapa umum disebut rompong sementara di daerah luar Sulawesi disebut Rumpon.
![]() |
Perahu mini penarik ikan ke permukaan |
Fungsi dari rompong ini sebagai media tempat bersarangnya plankton yakni sejenis organisme renik laut sumber makananan bagi ikan. Sehingga ikan memiliki tempat bersarang yang nantinya akan dipanen nelayan dengan menggunakan jaring (purse seine). Kegiatan menangkap ikan dengan memanfaatkan rompong ini memerlukan kerjasama tim sehingga masing-masing awak kapal memiliki peran signifikan dalam menjalani proses ini.
![]() |
Makan bersama dengan lauk ikan hasil tangkapan |
Sebelum ikan di dalam rompong di panen, terlebih dahulu dilepaskanlah sebuah perahu mini ke atas rompong yang dilengkapi lampu penerangan untuk menarik ikan keatas permukaan air. Perahu mini tersebut ditambatkan pada pelampung penanda keberadaan rompong dimana setelah 3-4 jam barulah rompong dapat dipanen pada saat gelap sehingga penerangan yang berasal dari lampu perahu mini tersebut membuat ikan tertarik naik ke permukaan. Selanjutnya perahu mini tersebut diarahkan menjauhi rompong, sementara ikan mengikuti lampu dari perahu, kapal nelayan melepas jaring dengan cara melingkari kawanan ikan tersebut. Panjang jaring (keliling lingkaran) yang melingkari kawanan ikan tersebut 500 meter dengan jangkauan kedalaman jaring 80 meter. Setelah itu seluruh ABK bekerjasama menarik jaring keatas kapal.
![]() |
Memperbaiki jaring bersama-sama |
Untuk kapal motor Berkah Mulia ini memiliki ABK 18 orang, mereka bahu membahu tidak saja dalam proses menangkap ikan, namun juga dari segala kegiatan selama berlayar. Sehingga sistem pengupahan yang dilakukan Heriyanto dan Rahman sebagai Kapten sekaligus pemilik kapal nelayan ini memberikan gaji bulanan untuk ABK sekaligus insentif dengan sistem bagi hasil. Jadi semakin baik jumlah tangkapan maka pendapatan masing-masing ABK ikut membaik begitu juga sebaliknya.
Hal yang kerap menganggu kesuksesan hasil tangkapan adalah arus laut dan gelombang laut yang tak bersahabat sehingga membuat ikan terlepas dari jaring. Namun bila kondisi air laut tenang para nelayan ini bisa langsung pulang membawa hasil tangkapan cukup dari satu rompong saja. Bila kurang beruntung para pemburu ikan ini harus bertahan dilaut sampai jumlah tangkapan dari sejumlah rompong mencukupi setidaknya mampu menutupi biaya operasional yang mencapai 2-3 juta rupiah dalam sekali berlayar.

Gbr. Rahman sedang meneropong tanda keberadaan rompong
Tanggung jawab pemilik kapal nelayan tidaklah mudah, mereka telah berjasa memberikan lapangan pekerjaan bagi puluhan orang yang terlibat dalam usaha menangkap ikan ini. Selain biaya operasional yang besar meliputi BBM, perawatan kapal dan mesin, menggaji ABK, mengurus surat kelengkapan berlayar yang berbelit-belit dan sarat pungli bahkan para hamba laut ini tak difasilitasi asuransi apapun kecuali mereka harus kembali merogoh kocek.

Menurut keterangan Rahman kapal motor berkapasitas 30 GT ini berbiaya lebih dari 1 Milyar rupiah, sehingga sangat jarang orang mampu membelinya. Selain itu berdasarkan keterangan Heriyanto ada banyak bantuan kapal untuk nelayan namun disayangkan salah sasaran karena yang menerima adalah orang-orang yang sudah memiliki kapal dan memiliki koneksi ke pemerintah. Bahkan juga ada bantuan kapal dari pemerintah yang tak sesuai spesifikasinya dengan proposal permintaan, janji menteri KKP dengan kenyataan kapal yang diberikan kepada nelayan. Mungkin sudah saatnya Presiden Jokowi tidak hanya blusukan ke dalam got-got yang mampet tapi juga memantau dan menyaksikan sendiri kesemrawutan birokrasi pemerintahan ini.
![]() |
Beberapa hasil tangkapan |
—————————————–
Rabu, 18 Maret 2015
Jurnalis : Gani Khair
Editor : Sari Puspita Ayu
—————————————–