Lalu Lintas Masih Pembunuh Terbesar  

Meskipun kontribusi infrastruktur tampak kecil, kondisi jalan rusak, marka pudar, penerangan minim, dan tikungan berbahaya memperbesar dampak human error. Jalan yang buruk menjadi faktor amplifier. Mengubah kesalahan manusia yang relatif minor menjadi kecelakaan fatal.

Data global angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas per 100.000 penduduk di Indonesia sebanyak ±11,88 kematian per 100.000 penduduk. Menempati peringkat #115 dunia di antara negara-negara dengan korban kecelakaan tertinggi.

Negara dengan angka fatalitas tertinggi: Eritrea (54 per 100.000), Libya (40–73), Malawi (57), Zimbabwe (28–63). Negara maju dengan angka fatalitas rendah: Swedia (3 per 100.000), Jepang (2,7 per 100.000), Inggris (2,6 per 100.000), Jerman (4 per 100.000).

Data ini menunjukkan negara-negara maju berhasil menekan fatalitas melalui kebijakan keselamatan sistemik. Sudah selayaknya kita tiru. Sementara negara dengan angka tinggi biasanya menghadapi kombinasi perilaku berisiko, infrastruktur buruk, dan penegakan hukum lemah.

Mari kita cermati kebijakan negara-negara maju. Swedia memperkenalkan Vision Zero pada akhir 1990-an. Prinsipnya tidak ada korban jiwa atau cedera serius dalam transportasi. Strategi ini menekankan desain jalan yang aman, manajemen kecepatan, dan pemisahan moda transportasi. Hasilnya, meskipun volume kendaraan meningkat, angka kematian di jalan menurun drastis.

Jepang menurunkan angka fatalitas melalui pendidikan keselamatan sejak dini. Penegakan hukum yang konsisten terhadap pelanggaran berisiko. Desain infrastruktur jalan yang aman bagi semua pengguna. Hasilnya, angka kematian akibat kecelakaan per 100.000 penduduk jauh lebih rendah dibanding negara berkembang dengan volume kendaraan yang sama atau lebih tinggi.