TERSISA GIBRAN DAN MAHFUD MD

Oleh: Abdul Rohman Sukardi

Karakter pemilih Jawa Pedesaan dibentuk oleh “kesadaran kekuasaan” yang rumit. Sebagai pantulan faksionalisasi kekuasaan masa lalu yang sudah berabad-abad. Ketika diketemukan clue-nya, maka dengan sendirinya tergiring dukungannya ke sosok figur tertentu. Gibran sedang menikmati anugerah itu.

Gibran memang sering diremehkan oleh kalangan intelektual perkotaan. Tapi trust given yang dimilikinya tidak bisa dibajak oleh kaum intelektual perkotaan.

Ia bisa menembus cultural barrier dan “kesadaran kekuasaan” yang dimiliki masyarakat pedalaman Jawa. “Kesadaran kekuasaan” itu menyangkut konsep kekuasaan, konsep keberpihakan, dan lain sebagainya.

Jumlah massa kelompok ini tidak sedikit. Jika ia bisa konsolidasi, tambahan suara masih akan didapatkan.

Selain Gibran, Mahfud MD juga masih memiliki celah untuk menarik pundi-pundi suara. Ia sosok paling dipercaya, paling punya reputasi, dalam pemberantasan korupsi.

Ia harus bisa meyakinkan publik langkah-langkah riil pemberantasan KKN jika ia terpilih. Langkah itu harus diglorifikasi.

Sayangnya narasi itu redup pasca pencawapresan.

Apakah khawatir blunder bagi partai-partai pengusung jika MMD lantang menyuarakan komitmen pemberantasan KKN?. Merupakan pilihan dilematis.

Mengorbankan elit tersangkut korupsi untuk mempertahankan asa kemenangan. Atau meredupkan isu komitmen pemberantasan KKN dengan stagnasi elektabilitas dan kalah.

ARS (rohmanfth@gmail.com), Jaksel 25-11-2023

Lihat juga...