9 Desember 1981, Presiden Soeharto resmikan SLB Cacat Tunanetra di Lebak Bulus Jaksel

Untuk ini jumlah SLB akan ditambah, disamping pengembangan yang sudah ada serta usaha pengintegrasian pendidikan mereka pada sekolah2 biasa. Usaha pengintegrasian program pendidikan luar biasa dengan program pendidikan biasa dilakukan di SLB Terpadu yang saat ini sedang dilaksanakan dalam bentuk uji coba.

SLB ini dibagi dalam kategori SLB bagian A yaitu sekolah tempat mendidik yang tunanetra, SLB bagian B mendidik anak2 tunarungu (tuli-bisu), SLB bagian C tempat mendidik anak2 yang tunamental, SLB bagian D untuk anak2 tunadaksa (cacat tubuh) dan SLB bagian E tempat mendidik anak2 tunalaras atau tunasosial.

Selama Pelita III ini akan dibangun tiga SLB Pembina tingkat nasional, lima SLB Pembina Tingkat Propinsi dan rehabilitasi 50 SLB swasta. SLB tingkat Pembina Nasional dibangun di Jakarta, untuk bagian A, bagian B di Denpasar dan bagian C di Lawang/Malang dalam tahap persiapan.

SLB Tingkat Propinsi di Medan (tunalaras), Sumedang (tunarungu), Pemalang (tunanetra), Yogyakarta (tunamental) dan di Ujungpandang (tunadaksa).

Untuk SLB-SLB tersebut akan diangkat 700 orang guru SLB, ditatar 1.400 guru SLB dan 700 Pembina SLB, demikian Menteri P dan K Dr. Daoed Joesoef.

Tahap I Rp 437.578.000

Pembangunan Sekolah Luar Biasa bagian A Pembina tingkat Nasional tersebut pembiayaannya dituangkan dalam tiga tahun anggaran yaitu tahun 1977-78, tahun 1978-1979 dan tahun 1979-1980 yang untuk tahap I berjumlah Rp 437.578.000. Biaya ini tidak termasuk biaya pengadaan tanah sebesar Rp 110.000.000.

Bangunan tersebut didirikan di atas areal seluas 4,5 hektar yang dilaksanakan dalam dua tahap, antara lain terdiri dari gedung utama, aula, tempat latihan orientasi dan gedung percetakan.

Lihat juga...