1-10-1965, Mayjen Soeharto kendalikan keadaan setelah penculikan Para Jenderal oleh PKI

Pangkostrad Mayjen. Soeharto mengadakan dua kali rapat staf hari ini, yaitu pukul 10.00 dan pukul 14.00. Dalam rapat tersebut Jenderal Soeharto menjelaskan secara pasti bahwa gerakan pimpinan Letkol. Untung ini pasti didalangi oleh PKI. Letkol. Untung pernah menjadi salah satu komandan kompi Batalyon 444 Resimen XV Solo dimana Jenderal Soeharto waktu itu menjadi Komandan Resimennya.

Dikatakan oleh Jenderal Soeharto bahwa di masa revolusi Letkol. Untung adalah seorang tentara yang dibina dan dididik menjadi kader komunis oleh tokoh komunis Indonesia, Alimin.

Dengan demikian jelas bahwa Gerakan Tigapuluh September merupakan suatu kup oleh PKI. Gerakan Tigapuluh September ini tampaknya sudah direncanakan jauh hari sebelumnya. Untuk itu PKI telah mematangkan situasi, antara lain dengan gerakan-gerakan politik yang bertujuan untuk menghancurkan kekuatan-kekuatan nasional, yang diperkirakan akan menghalangi maksud-maksud politik partai komunis tersebut.

Di samping itu, PKI juga melakukan apa yang dikenal sebagai aksi-aksi sepihak di daerah-daerah. Misalnya penyerangan terhadap umat Islam di Kediri oleh anggota-anggota BTI dan Pemuda Rakyat, yang dikenal dengan peristiwa Kanigoro. Contoh lainnya adalah Peristiwa Jengkol di Jawa Barat, dan Peristiwa Bandar Betsy di Tanjung Morawa, Sumatera Utara, yang menewaskan Peltu. Sudjono.

Untuk memberitahukan keadaan darurat ini, Jenderal Soeharto kemudian menelepon para panglima angkatan. Secara langsung Mayjen. Soeharto berbicara dengan Pangal Laksamana Madya (L) RE Martadinata, Pangak Komjen. (Pol) Sutjipto Judodihardjo dan Deputi Operasi AU Komodor (U) Leo Wattimena.

Lihat juga...