Harapan Swasembada Kedelai Masih Sangat Jauh
JAKARTA – Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Aditya Alta, menyatakan kenaikan harga kedelai impor sebenarnya dapat dijadikan momentum bagi petani Indonesia untuk menanam dan memperbesar produksi kedelai domestik.
“Sudah ada beberapa laporan media tentang petani di Jawa Tengah yang lebih tergerak untuk menanam kedelai karena melihat peluang untuk mendapatkan margin yang layak,” kata Aditya Alta dalam keterangan di Jakarta, Jumat (25/2/2022).
Menurut Aditya, dalam situasi normal petani cenderung enggan melirik kedelai karena tidak mampu bersaing dengan harga kedelai impor.
Harapannya, masih menurut dia melalui mekanisme pasar meningkatnya suplai kedelai dari dalam negeri ini akan mampu menekan harga kedelai.
Namun, Aditya mengingatkan kedelai lokal hanya menyumbang 10 persen suplai kedelai Indonesia, sehingga harapan untuk melakukan swasembada masih sangat jauh.
“Rendahnya produktivitas kedelai dalam negeri merupakan sesuatu yang belum mampu diselesaikan selain keterbatasan lahan dan kecocokan cuaca yang mendukung tumbuh suburnya kedelai,” paparnya.
Di sisi lain, lanjutnya, kedelai impor dan kedelai lokal juga tidak sepenuhnya bersifat substitusi. Perbedaan karakteristik di antara keduanya membuat perajin lebih memilih kedelai lokal untuk produksi tahu.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI, Johan Rosihan merasa prihatin dengan angka produksi kedelai yang terus turun setiap tahun, demikian juga dengan anggaran dan target produksi yang kian kecil setiap tahun.
Lebih lanjut untuk mengatasi persoalan produksi kedelai yang kian turun setiap tahun, Johan mendorong Kementerian Pertanian (Kementan), agar membuat kebijakan khusus pengembangan kedelai.