NTB Dorong UMKM dan Industri Perhotelan Jalin Kemitraan Hadapi MotoGP
“Ini membutuhkan sinergi dan kolaborasi, termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, untuk memperhatikan paket wisata sebagai peluang ekonomi bagi masyarakat,” ujarnya.
Hal lain juga yang harus menjadi perhatian, adalah ketersediaan hotel-hotel dan penginapan. Baik itu jumlah kamar hotel maupun homestay untuk pengunjung yang 10 kali lebih besar dari pengunjung WSBK. Begitupun penerapan Prokes COVID-19 harus diperhatikan, karena pandemi belum berakhir.
“Saat ini saja ketersediaan 16.000 kamar baik dihotel dan homestay di NTB, khususnya dipulau Lombok, masih kurang, maka harus di dorong penambahan homestay, penginapan alternatif dan lainnya,” katanya.
Sementara itu, Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf, Fadjar Hutomo mengatakan bahwa gelaran MotoGP harus memiliki efek dan pengaruh besar terhadap kunjungan wisata di NTB dan Indonesia pada umumnya.
“Sehingga kita dapat mendapatkan manfaat ekonomi dari kegiatan ini. Manfaatnya untuk masyarakat, itu yang paling penting,” ujarnya.
Terutama, yang sedang pihaknya tekankan terkait rantai pasok dan peran serta dan keterlibatan masyarakat atau UMKM lokal untuk ambil bagian dalam persediaan potensi produk dan bahan lainnya. Diakuinya bahwa berbicara rantai pasok untuk persediaan perhotelan, usaha restoran dan lainnya melibatkan kepentingan dan kebijakan multi pihak.
“Baik itu industri, UMKM, perdagangan, pertanian, perkebunan, peternakan dan pihak lain untuk bersinergi dan berkolaborasi,” terang Wagub NTB.
Untuk itu, perhotelan dan UMKM dan semua pihak dapat menjalin kemitraan dan kerjasama. Contoh, sebuah hotel setiap hari membutuhkan bahan sembako, seperti beras, ikan, daging, telor, sayur, buah untuk kebutuhan konsumsi pengunjung hotel.