Petani Diajak Kmbangkan Tambak Udang Ramah Lingkungan

JAKARTA – Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mengajak para petani, agar mengembangkan tambak ramah lingkungan, sehingga pembabatan mangrove secara liar dapat diminimalisir dan ekosistem mangrove dapat terjaga kelestariannya.

Kepala Kelompok Kerja (Pokja) Kerja sama Hukum dan Hubungan Masyarakat BRGM, Didy Wurjanto, mengatakan pihaknya mempunyai Program Sekolah Lapang Masyarakat Pengelolaan Mangrove dan Tambak Ramah Lingkungan. Program yang mengedukasi masyarakat tentang ekosistem mangrove dan pengelolaannya yang tidak merusak ekosistem.

“Jika program ini nantinya bisa diterapkan sepenuhnya oleh masyarakat, maka pembabatan mangrove dapat dihindari,” ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin (15/11/2021), menanggapi pembabatan hutan mangrove secara liar di Desa Pematang Duku, Bengkalis, Riau.

Sebelumnya, Ketua Kelompok Tani Mangrove Lestari, Alam Khairul, mengeluhkan maraknya pembabatan hutan mangrove di wilayahnya tersebut untuk dijadikan tambak udang yang terjadi sejak 2019.

“Di desa kami terdapat 247 hektare hutan mangrove, namun sekitar 5-7 hektare dibabat untuk pembukaan tambak udang. Tadinya bakal dijadikan ekowisata agar ekosistem mangrove tetap terjaga, serta dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat,” katanya.

Coordinator of Wetlands Restoration and Community Development, Eko Budi Priyanto, menyatakan jika permasalahan tersebut tidak segera diatasi, fenomena pembukaan mangrove dijadikan tambak udang yang terjadi sejak 2019 itu dikhawatirkan bisa mengancam keberlangsungan mangrove

“Ini fenomena udang intensif, bagaimana pergerakan investor udang atau pemain udang. Ironisnya, mereka menggunakan pola silvofishery dari hutan yang sudah ada, dibuka 20 persen untuk budi daya tambak. Padahal, seharusnya silvofishery itu dari lahan bakau yang rusak, lalu ditanam 80 persen mangrove baru budi dayanya,” ujar Eko Budi.

Lihat juga...