Berburu Udang Rebon di Perairan Pantai Kunyit
Editor: Koko Triarko
Menurut Mulyono, banyaknya udang rebon di perairan pantai Kunyit karena banyaknya sungai bermuara di Teluk Lampung. Selain menempel pada sejumlah semak yang terbawa banjir, udang rebon juga kerap bersembunyi di antara kapal ferry, tangker dan kapal kargo.
Memakai perahu dengan satu katir di bagian kiri, memudahkan nelayan masuk di sela-sela kapal. Udang rebon kerap berteduh diantara kapal yang labuh jangkar (anchor).
Pantai Kunyit menjadi salah satu perairan habitat udang rebon. Mulyono bilang, dengan memanfaatkan peralatan sederhana ia bisa mendapat hasil tangkapan sekitar 10 hingga 20 kilogram udang rebon.
Udang rebon basah dikumpulkan oleh pengepul yang juga memakai perahu dengan harga bervariasi. Ia menyebut, per kilogram udang rebon dijual seharga Rp30.000 hingga Rp35.000 dalam kondisi basah.
“Udang rebon yang dibeli oleh pengepul akan disimpan dalam styrofoam yang diberi es, sehingga tetap dalam kondisi segar,” ulasnya.
Mendapatkan hasil sebanyak 10 kilogram saja, Mulyono bisa mendapat Rp300.000 per hari. Saat kondisi cuaca perairan yang bersahabat, ia mengaku bisa melaut dari subuh hingga siang.
Jelang tengah hari, ia akan istirahat dan melanjutkan pencarian udang rebon hingga petang hari. Udang rebon akan menjadi sumber penghasilan bagi nelayan dengan peralatan sederhana. Sebagian udang rebon dijual dalam kondisi kering dengan harga mulai Rp35.000 hingga Rp38.000 per kilogram.
Sahroni, pencari udang rebon di perairan Kunyit, menyebut kerap membeli hasil tangkapan nelayan. Sejumlah nelayan akan menebar jaring yang diberi pelampung untuk menangkap ikan selar, layur.
Berbagai jenis ikan ukuran kecil termasuk teri tanjan, teri jengki dan teri katak juga bisa diperoleh nelayan. Ia membeli hasil tangkapan nelayan, selanjutnya dibawa ke pasar Gudang Lelang.