Usaha Ikan Teri Gerakkan Roda Perekonomian di Pulau Pasaran

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Matahari telah beranjak meninggi di perairan Teluk Lampung. Hari makin terik saat Sobirin dan sejumlah pekerja menata alat pengering ikan teri. Ratusan laha atau alat pengering terbuat dari kayu, bambu dan strimin, ditata pada penopang bambu setinggi pinggang orang dewasa. Aktivitas itu menjadi rutinitas warga Pulau Pasaran tersebut.

Sobirin bilang, warga di pulau yang masuk wilayah Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat, dominan memiliki usaha pengawetan ikan. Pengawetan ikan adalah mengolah ikan teri dan jenis ikan lain dengan proses perebusan dan pengeringan. Sebagian mengolah ikan tanpa perebusan memakai garam menjadi teri tawar. Olahan keripik teri juga menjadi usaha kecil berbahan ikan.

Geliat ekonomi sirkular, sebut Sobirin sudah mulai sejak pagi. Ketika proses pengolahan teri dimulai, kayu bakar akan merebus ikan teri buntiau, nasi, jengki dan katak. Jenis teri tersebut kerap bercampur ikan pepirik, selar, kembung hingga cumi-cumi. Perebusan memakai drum yang telah diisi air dan garam. Garam berfungsi menjadi pangawet alami, agar ikan teri tahan lama saat disimpan.

Sobirin (kanan), melakukan proses penyortiran ikan teri buntiau di pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Teluk Betung Barat, Bandar Lampung, Selasa (5/10/2021). -Foto: Henk Widi

“Ekonomi sirkular melibatkan semua warga pulau Pasaran, bahkan menyerap tenaga kerja asal Kabupaten Pesawaran dan sejumlah kelurahan di Bandar Lampung, karena sejumlah peluang pekerjaan terbuka lebar dengan segala posisi untuk menghasilkan ikan yang diawetkan hingga siap jual,” terang Sobirin, saat ditemui Cendana News, Selasa (5/10/2021).

Lihat juga...