Lahan Pertanian di Mataram Tersisa 1.494 Hektare
MATARAM – Dinas Pertanian Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengatakan peningkatan kualitas dan pelebaran jalan desa pada sejumlah titik menjadi pemicu alih fungsi lahan pertanian, sehingga lahan pertanian di Mataram terus berkurang dan sekarang tersisa sekitar 1.494 hektare.
“Setelah kita buat jalan usaha tani, aktivitas masyarakat meningkat dan kemudian muncul bangunan diikuti dengan usulan pelebaran jalan, yang akhirnya menjadi jalan umum,” kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram, H Mutawalli di Mataram, Kamis (28/10/2021).
Dengan alasan itulah, pemerintah telah menghentikan penyaluran dana alokasi khusus (DAK) untuk pembukaan jalan usaha tani di Mataram sejak 2019, karena dinilai tidak masuk prioritas.
“Alih fungsi lahan pertanian pada 2020 mencapai 16 hektare, tapi pada tahun-tahun sebelumnya selalu berada di atas 20, 30 bahkan pernah hingga 40 hektare per tahun. Jadi, sisa lahan pertanian kita sekarang sekitar 1.494 hektare,” katanya.
Menurut dia, jalan usaha tani di Kota Mataram sudah terbangun sekitar 3.000 meter, yang tersebar di enam kecamatan, dengan panjang berbeda-beda mulai dari 400 meter, 500 meter bahkan ada yang 1.000 meter atau satu kilometer dengan lebar sekitar 2 meter.
“Namun, sekarang lebar jalan usaha tani tersebut rata-rata sudah empat meter dan hotmix,” katanya.
Padahal, jalan usaha tani sengaja dibuat dengan lebar hanya 2 meter, karena dihajatkan untuk memudahkan petani membawa hasil pertaniannya dengan kendaraan roda dua dan roda tiga, dengan kondisi fisik rabat tidak dihotmix.
Tetapi setelah jadi beberapa tahun, mulai muncul bangunan baik itu rumah maupun fasilitas publik, dan warga sekitar mengusulkan untuk pelebaran dan peningkatan kualitas jalan dari rabat menjadi hotmix, dengan alasan agar kendaraan roda empat bisa masuk.