Jangan Berspekulasi Tentang Pencapaian Herd Immunity

Editor: Maha Deva

Direktur IDEAS, Yusuf Wibosono, pada webinar IDEAS tentang kesehatan yang diikuti Cendana News di Jakarta, Jumat (9/4/2021). foto: Sri Sugiarti.

Ini dikarenakan, transmisi virus dapat terus terjadi, meski di tengah tingkat vaksinasi yang tinggi. Potensi ledakan kasus tetap akan terus mengintai. Bahkan  peningkatnya mobilitas masyarakat ditengah disiplin protokol 3M ( memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) berpotensi untuk menciptakan ledakan kasus ke depan.

Menurutnya, kunci dari herd-immunity adalah, transmisi virus terhenti ketika orang yang divaksin atau pernah terinfeksi memiliki imunitas dan tidak akan menyebarkan virus. Maka itu yang dimakaud herd-immunity itu hanya relevan, jika masyarakat memiliki transmission-blocking vaccine (vaksin pemblokiran transisi).  “Jadi, meski vaksin sangat membantu mencegah pemburukan kondisi akibat virus.Tapi vaksin yang kini tersedia tidak cukup mampu mencegah orang terinfeksi dan menyebarkan virus ke orang lain,” tukasnya.

Terlebih tambah dia, kini dengan kehadiran virus varian baru yang jauh lebih menular. Dan bukti lebih  jauh kini terjadi di banyak negara dengan tingkat vaksinasi tinggi. Tantangan besar selanjutnya adalah, struktur geografis dari herd-immunity. Yakni, upaya vaksinasi sebelumnya menunjukkan imunitas cenderung akan terkonsentrasi secara geografis. Sehingga meski suatu daerah telah memiliki tingkat vaksinasi tinggi, seperti DKI Jakarta, jika daerah sekelilingnya tidak memiliki hal yang sama dan penduduk akan bercampur maka potensi ledakan wabah tetap tidak akan hilang.

IDEAS mencatat, kecepatan vaksinasi antar daerah di Indonesia sangat beragam. Kesenjangan yang tinggi terjadi baik antar wilayah maupun di dalam satu wilayah. “DKI Jakarta adalah satu-satunya provinsi dengan tingkat vaksinasi tinggi, dengan penduduk telah mendapat vaksinasi penuh diatas 80 persen,” ujar Yusuf.

Lihat juga...