Istirahat Melaut, Nelayan Teluk Lampung Perbaiki Alat Tangkap
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Sunari menyebut pembuatan jaring butuh waktu sekitar sepekan. Kegiatan membuat jaring penangkap ikan dilakukan sembari bersosialisasi dengan nelayan lain.
Nelayan yang memanfaatkan sungai Way Lunik untuk sandar perahu sekaligus dermaga tambat memudahkan pengawasan perahu. Perbaikan alat tangkap sebutnya menjadi cara untuk meningkatkan hasil tangkapan musim berikutnya.
“Alat tangkap jadi modal vital sehingga harus disiapkan maksimal terutama perahu agar tidak bocor dan aman,” ulasnya.
Hamdani, nelayan tangkap tradisional di Way Lunik menyebut memilih menambah bubu kepiting dan wadong atau bubu kerapu. Kedua alat tangkap itu dibuat dari kawat, bambu, tali tambang dan pelampung styrofoam.
Selain bubu ia menambah mata kail pada alat pancing rawe dasar. Alat pancing rawe dasar dibuat memakai senar berukuran ratusan meter. Mata kail sebutnya akan mencapai ratusan buah untuk mempermudah penangkapan.
Alat tangkap ramah lingkungan sebutnya dipergunakan Hamdani pada lokasi area penangkapan. Sebab area Teluk Lampung sebagian merupakan alur pelayaran kapal kargo.
Ia memilih alat tangkap ramah lingkungan pada area bebas penangkapan ikan. Selain berbahaya oleh lalu lintas kapal kargo, ia menyebut penangkapan ikan di area tidak aman membahayakan keselamatan.
“Selain faktor alam nelayan tetap harus memperhitungkan lalu lintas kapal, kami istirahat melaut saat cuaca kurang bersahabat,” ulasnya.
Sejumlah nelayan di Teluk Betung Timur memilih memperbaiki perahu. Sudrajat, nelayan di pantai Kelurahan Way Tataan menyebut perbaikan perahu tangkap ikan mutlak dilakukan.
