Petani di Semau Bingung tak Bisa Jual Bawang Merah ke Papua
KUPANG – Sebanyak 12 ton bawang merah milik para petani di pulau Semau, Kabupaten Kupang, kini tak bisa dipasarkan lagi Ke Papua setelah kapal Pelni KM Sirimau rute Kupang-Papua dihentikan pelayarannya.
“Di gudang saya ada 12 ton yang bingung harus dijual ke mana sekarang, karena selama ini proses jualnya ke Papua, karena ada pembeli di sana,” kata pedagang bawang merah Semau, Petrus Tausbele, saat dihubungi dari Kupang, Kamis (16/9/2021).
Ia mengatakan, saat ini para petani bawang merah di pulau itu juga menjerit karena bawang merah mereka juga menumpuk, karena jalur pemasaran ke Papua tidak bisa diakses.
Petrus mengaku, bahwa dirinya secara rutin membawa hasil pertanian tersebut ke Papua. Namun, saat ini terpaksa terhenti.
“Kapal Sirimau (milik PT.Pelni) yang biasa kami numpang. Tapi sejak Juli itu tidak ada lagi. Jadi, sekarang bawang semua menumpuk,” jelas Petrus.
Dikatakan, setiap bulan dia membawa 60-80 ton bawang merah untuk dipasarkan ke Papua. Alasannya, harga jual di Papua menguntungkan. Saat ini, dia terancam merugi karena bawang yang sudah dibeli untuk dijual ke Papua, masih tertahan. Sementara harga jual di Kupang rendah, bahkan cendrung turun.
“Awalnya kita beli dengan Rp13 ribu di petani. Tapi, sekarang harga sudah turun lagi. Masih belasan ton yang menumpuk,” tutur dia.
Ia berharap, agar pemerintah bisa mencari solusi agar di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini usahanya tetap berjalan, mengingat dirinya bingung harus ke mana lagi menjual belasan ton bawang itu.
Petrus juga mengaku tak bisa membeli lagi dari petani, karena tak ingin makin banyak bawang menumpuk di gudangnya.