Pengamat Sebut Pelaksanaan PTM Terbatas Kurang Tepat
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Pemberlakuan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas di beberapa wilayah dinilai kurang tepat, karena masih ada risiko terjadi paparan. Sehingga, sebaiknya yang dilakukan adalah menjadikan pembelajaran tetap memberi hasil maksimal pada peserta didik, walaupun tanpa tatap muka.
Pengamat Pendidikan Vox Point Indonesia, Indra Charismiadji, menyatakan PTM terbatas bukanlah langkah yang tepat untuk dilaksanakan.
“Dari hasil pengamatan para epidemiolog, dinyatakan angka Covid-19 ini masih bisa meningkat kembali pada Oktober. Jadi walaupun sekarang pindah dari level 4 ke level 3, bukan berarti sudah bisa dilaksanakan tatap muka. Risiko terpapar masih ada. Sehingga harus diubah mindset, bahwa pendidikan hanya bisa dilakukan dengan tatap muka. Tapi tanpa tatap muka, pembelajaran akan tetap bernilai postif,” kata Indra, saat dihubungi, Kamis (2/9/2021).
Ia menyebutkan, kemungkinan rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) diberikan karena pemerintah terus mendorong PTM Terbatas.
“Rekomendasi diberikan oleh IDAI, tentunya dengan persyaratan prokes yang ketat. Walaupun dari pengalaman pribadi saya sendiri yang selalu menjaga prokes ketat, sudah vaksin dua kali, tetap saja terpapar. Dan, harus menjalani isoman selama 30 hari untuk lulus Covid-19,” ucapnya.
Walaupun ia tidak mau melangkahi kebijakan ataupun rekomendasi para ahli kesehatan, tapi secara tegas Indra meminta pemerintah tidak menyalahkan masyarakat jika terjadi kasus paparan akibat PTM Terbatas ini.
“Kalau nanti ada klaster karena PTM terbatas ini, pemerintah jangan lagi menyalahkan masyarakat,” tandasnya.
Tapi, Indra menyebutkan kondisi Covid-19 ini bukan alasan bagi anak-anak untuk tidak bisa mendapatkan pendidikan. “Harus ditumbuhkan mindset pada semua orang, bahwa anak-anak tetap harus bertumbuh dan berkarya. Kalau sekarang eranya digital, artinya kita harus menyesuaikan. Kita harus mengajak anak-anak untuk beradaptasi pada era sekarang,” kata Indra, lebih lanjut.