Matkul ‘Precision Farming’ ITB, Banyak Diminati Mahasiswa
Editor: Makmun Hidayat
Acep menjelaskan bahwa Precision Farming ini tidak hanya mencakup pertanian. Tapi semua budidaya yang menghasilkan biomassa, seperti budidaya unggas.
“Jadi semua yang menjadi bagian integrated farming itu masuk dalam cakupan Precision Farming. Termasuk tata kelola air hingga perilaku binatang atau serangga yang memiliki kaitan dengan integrated farming tersebut. Misalnya pemahaman perilaku lebah,” paparnya lebih lanjut.
Ia menyebutkan dasar dari Precision Farming adalah bagaimana mengoptimalkan sumber daya sehingga mampu meningkatkan produksi biomassa sekaligus mengurangi dampak lingkungan dengan pendekatan green technology.
“Sistemnya adalah service bukan eksploitasi. Jadi bukan sekadar mengambil, tapi bagaimana harmonisasi alam sebagai open system dalam bentuk termodinamika dan entropi yang harmonis. Jika kita bisa men-service alam dengan baik, maka alam akan memberi service lebih baik lagi untuk kita. Sebelum campur tangan manusia, alam sudah men-service diri sendiri dengan baik termasuk hutan-hutan indah,” kata Acep.
Ia menyatakan upaya pendekatan Precision Farming ini diharapkan bisa meningkatkan GDP apalagi teknologi berkembang pesat di era revolusi industri 4.0 ini yang ditunjang dengan teknologi Artificial intelligence, robotics dan internet of things (IoT).
“Kebutuhan presisi menjadi penting terutama untuk daerah-daerah terbatas air dan juga terbatas lahan seperti pertanian kota atau urban farming,” tandasnya.
Dosen Pengampu Precision Farming dalam lingkup kecil atau Small Farming, Ramadhani Eka Putra menyampaikan bahwa Small Farming sekarang menjadi tren di seluruh dunia dengan semakin mengecilnya lahan yang dapat digunakan sebagai pertanian.