Jelang PON, Sejumlah Pedagang di Papua Dulang Rupiah

Buah matoa selama ini kurang populer di masyarakat luar Papua, sebab karakteristik tanaman yang cenderung tumbuh lebih subur di Bumi Cenderawasih.

Buah berwarna merah kehijau-hijauan seukuran dukuh itu menyiratkan bertekstur lengket. Sensasi rasanya justru lebih meriah dengan semburat manis lengkeng dan sedikit aroma durian.

PON Papua

Jek tidak berdagang sendirian, ia ditemani Welmina (36) yang juga berprofesi sebagai nelayan. Bagi mereka beralih dagang buah adalah pilihan. Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua yang bergulir 2-15 Oktober 2021 menjadi peluang mendulang rupiah dari kehadiran atlet, ofisial maupun penonton.

Welmina menyebut keuntungan dari harga jual buah musiman itu mencapai 100 persen. Misalnya durian yang dibeli seharga Rp25 ribu per buah dari pasar, dijual kepada pembeli Rp50 ribu.

Keuntungan itu relatif sama dengan hasil jual ikan laut, namun dengan usaha yang lebih mudah daripada menangkap ikan. “Kalau ke laut itu biasanya saya berangkat subuh baru pulang malam. Kalau buah kan cukup beli dari pasar saja,” katanya.

Berjualan di pinggir Jalan Soa Siu, Kelurahan Mandala, Jayapura Utara merupakan strategi berjualan untuk menarik pasar. Jalan selebar 12 meter itu menjadi koridor utama menuju sejumlah arena penyelenggaraan PON XX Papua.

Selain itu, pedagang buah musiman di lokasi itu masih terhitung jari. Pedagang lainnya banyak ditemukan di sekitar kawasan Bandara Internasional Sentani.

“Buahnya juga khas. Panennya cuma satu kali setahun, kalau musim panas saja,” katanya.

Berbeda dengan Jek dan Welmina, Steven (38) konsisten menjual ikan hasil tangkapan dari Laut Papua yang dijajakan dekat Pelabuhan Kota Jayapura. Hasil tangkapan laut itu berupa sako, kakap, bobara, barakuda, belanak, kawalinya, mumar dan cumi-cumi.

Lihat juga...