Vegetasi Pantai Non-Mangrove, Antisipasi Dampak Tsunami

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Guna melakukan antisipasi dampak tsunami, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menanam ribuan bibit vegetasi pantai yang tersebar di lima titik wilayah di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.

“Ada 6.300 bibit yang ditanam pada lima titik di Kabupaten Pesisir Selatan Sumbar, dengan luas areal penanaman 9,2 hektare untuk memperkuat ketangguhan kawasan pesisir yang rawan terhadap bencana tsunami,” ungkap Suharyanto, Pelaksana Harian Plt. Dirjen Pengelolaan Ruang Laut, melalui keterangan resmi yang diterima Cendana News, Rabu (11/8/2021).

Suharyanto, Pelaksana Harian Plt. Dirjen Pengelolaan Ruang Laut, secara simbolis menanam bibit vegetasi di wilayah Kabupaten Pesisir, Sumbar, sebagai bentuk antisipasi dampak tsunami, Rabu (11/8/2021) – Foto: Dok KKP

Dikatakan,  saat ini sebagian pesisir Indonesia rawan bencana, terutama bencana tsunami. Kerawanan ini terdapat di wilayah pantai barat Sumatera, selatan Jawa, selatan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, hingga sebagian Sulawesi bahkan Papua, yang pantainya didominasi pasir dengan energi gelombang laut yang cukup tinggi.

“Vegetasi non-mangrove seperti cemara laut, kelapa, ketapang, lebih cocok dijadikan struktur alami. Konfigurasi vegetasi pantai dengan ketebalan dan kerapatan tertentu akan membentuk sabuk hijau yang memberikan banyak manfaat bagi lingkungan dan masyarakat,” lanjut Suharyanto.

Menurutnya, sabuk hijau memiliki keuntungan yang nyata, baik secara lingkungan maupun ekonomi. Bagi daerah yang rawan terhadap tsunami, keuntungan akan bertambah bila sabuk tersebut didesain untuk mitigasi bencana tsunami.

Lihat juga...