Petani di Lamsel Kembangkan ‘Kentang Hitam’ Kleci
Editor: Koko Triarko
Ngadiyo bilang, kentang kleci dibudidayakan petani sejak puluhan tahun silam. Namun imbas kalah dengan jenis kentang granola dan kentang berukuran besar, bibit mulai jarang ditemukan.
Ia dan sejumlah petani mencari bibit tersebut dari wilayah Jawa untuk dikembangkan. Ukuran umbi kecil, warna cokelat dan umbi putih. Akar serabut membentuk umbi menjadi sumber pangan bagi petani.
Ia mengatakan, penggunaan media tanam pupuk kompos, tanah gembur, menjadi kunci hasil umbi melimpah. Satu rumpun tanaman kentang kleci bisa menghasilkan seperempat kilogram. Menyukai wilayah dengan iklim panas, ia membudidayakan kentang kleci bersama sayuran lain. Sistem tumpang sari menjadikan kentang kleci bisa memberi hasil tambahan.
“Usia panen hampir sama dengan jagung, sehingga pengaturan tanam hingga panen bisa disesuaikan untuk bahan pangan tambahan,” bebernya.
Penanaman kentang kleci juga mulai dilakukan dengan polybag. Cara itu menjadi penghias halaman, namun tetap menghasilkan. Sebagai tanaman yang memiliki umbi, kentang kleci kaya akan karbohidrat, protein dan kalsium. Penanaman mudah, cepat panen menjadikan komoditas pertanian itu menjadi pilihan petani untuk cadangan pangan.
Menanam empat petak guludan, Ngadiyo mengaku bisa panen hingga tiga kuintal. Satu kuintal kentang kerap dijual ke pedagang sayuran. Sebagian digunakan sebagai bahan bibit untuk penanaman tahap selanjutnya, di samping memakai stek batang.
“Harga kentang kleci mencapai Rp10.000 per kilogram, bisa dinikmati bersama kacang dan jagung rebus,” katanya.
Petani lain bernama Wiyono, membuat bibit dengan sistem stek. Setelah proses panen, batang yang telah menjalar dengan akar serabut bisa digunakan. Penyiapan lahan dengan guludan memakai media tanam kompos, tanah yang digemburkan, dilakukan sepekan sebelum pemindahan bibit. Batang yang dipotong sebagai bibit umumnya akan segera tumbuh karena telah berakar.