Kesabaran Berujung Sejarah dan Emas Kedelapan dari Olimpiade Tokyo
Mari kita lihat kembali beberapa momen penting dalam pertandingan final ini.
Ketika Chen terlihat tak sabar sampai Indonesia memimpin 10-8 dan kemudian menjadi 11-8 saat smash Chen menyangkut net karena berusaha cepat-cepat menyelesaikan laga, China meminta timeout.
Di sini, pelatih Eng Hian meminta Greysia/Rahayu agar “enggak usah buru-buru” menuntaskan pertandingan hanya karena ingin segera memetik poin dan mengakhiri lawan.
Dan ganda putri Indonesia ini menuruti pelatihnya. Dengan dingin mereka meladeni pasangan China tapi juga tak mau terbawa arus permainan lawan, bahkan hal itu dibarengi dengan pertahanan luar biasa pejal ketika gabungan refleks tinggi, akurasi dan kecerdasan membaca perlawanan membuat mereka unggul 16-12.
Ini mungkin salah satu momen di mana pasangan Indonesia itu memiliki mental juara yang lebih besar dari pada lawannya.
Saat terjadi reli menuju kedudukan 16-12 itu, refleks cepat Greysia mengembalikan smash dari pasangan China dan pengembalian heorik Apriyani saat mementalkan smash China lainnya dengan setengah berjongkok, membuat mereka sudah seperti di atas angin.
Setelah itu, Jia/Chen memang sempat menyusul dengan berturut-turut meraih empat poin dari kedudukan 19-14, tetapi lagi-lagi omongan Eng Hian benar, pasangan China itu terlalu bernafsu menyelesaikan laga.
Ketika smash Jia gagal melewati net dan kedudukan berubah 20-18, momentum sudah dipegang Greysia/Rahayu sekalipun pasangan China itu sempat menempel sampai 20-19. Gim pertama pun diselesaikan dengan 21-19 oleh Greysia/Apriyani.
“Ini untuk Kalian”
Gim kedua menjadi titik balik dari pertandingan yang berlangsung lebih sengit pada gim pertama. Sama seperti gim pertama, Greysia/Apriyani tak pernah bisa dikejar, bahkan kali ini sama sekali tak bisa disamakan kecuali kedudukan 1-1 pada awal gim, sejak kedudukan 2-1 pada gim terakhir itu.